Mohon tunggu...
nur isnaini rizki 1894
nur isnaini rizki 1894 Mohon Tunggu... -

gadis yang sedikit bicara banyak berkhayal suka sekali berteriak besama tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran Berharga Dari Guru yang Tertidur

18 Februari 2014   05:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah pengalaman pertamaku praktik kerja lapangan (PKL) di sebuah rumah sakit umum daerah. Tak seperti rumah sakit sebelumnya yang notabene rumah sakit swasta, pasien disini selalu ramai. Mereka datang dengan berbagai macam keluhan. Dan kebanyakan dari mereka berasal dari kelas menengah.

Aku adalah mahasiswa dari sebuah politeknik kesehatan. Aku di tempatkan di bagian Radiologi rumah sakit itu. Suatu hari datang sebuah pengantar rontgen dari ruang ICU. Seorang senior menawarkan aku dan temanku untuk ikut kesana. Akhirnya aku yang ikut ke ruang ICU.

Setelah mengganti sepatu dengan sendal khusus ruang ICU kami pun masuk dan menyiapkan peralatan untuk pemeriksaan. Di ruangan itu ada lima sampai enam tempat tidur, empat diantaranya sudah terisi. mereka semua sedang koma. Memang mereka masih bernapas dengan bantuan selang dan kabel-kabel yang malang melintang diatas tubuh mereka. Sesekali perawat disana harus menyedot darah mereka dengan alat yang seperti pompa, entah apa tujuannya yang pasti aku ngeri bukan main.

Setelah pesawat x-ray sudah siap digunakan dan shielding untuk melindungi kami sudah pada tempatnya maka sekarang waktunya untuk memosisikan pasien. Pasien ini seorang bocah berusia 14 tahun. Wajahnya tenang dalam tidur panjangnya, dia tak nampak terganggu dengan seian banyak alat yang kini menopang hidupnya. Pemeriksaan selesai. Aku kembali ke ruangan untuk melihat hasil foto barusan.

Sepanjang jalan menuju ruang radiologi aku berpikir betapa beruntungnya aku. Sejak kecil aku memang sering keluar masuk rumah sakit, tapi tidak sampai seperti mereka yang hidupnya tergantung dengan alat. Aku bersyukur tiada henti. Ya Allah, terimakasih sudah mempertemukanku dengan mereka, meski mereka tertidur mereka lah yang mengingatkanku untuk bersyukur kepadamu. Mereka yang mengajariku bahwa nikmat sehat dariMu adalah nikmat yang tak terhingga. Aku menyesal pernah berpikir jika aku sakit maka aku bisa beristirahat sejenak dari rutinitasku. Aku salah besar, jika aku sakit maka sebagian nikmat terbesar dariNya sedang hilang dariku.

Sekali lagi terima kasih.

#sebuah catatan seorang mahasiswi PKL#

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun