Mohon tunggu...
nur isnaini rizki 1894
nur isnaini rizki 1894 Mohon Tunggu... -

gadis yang sedikit bicara banyak berkhayal suka sekali berteriak besama tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puteri Tidur

4 Maret 2014   03:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:16 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maksud kamu gimana Put? Mati rasa gitu ya?"Rey mulai panik. "Sebentar aku panggilin dokter ya!"

Dokter pun datang memeriksa kakiku, memukul-mukulnya dengan alat seperti palu. Aku tak merasakan apapun. Kakiku mati rasa. Dokter bilang aku lumpuh karena selama aku koma kurang mendapat stimulasi. Ya Tuhan, untuk apa aku bangun jika tak mampu berjalan dengan kakiku. "Lebih baik aku tetap tertidur, daripada harus bangun dan menghadapi kenyataan buruk ini." Air mataku tak tertahankan lagi. Aku menangis dengan sejuta rutukan dalam hatiku.

"Put, kamu nggak boleh bicara seperti itu. Ini cara Allah menyayangimu, aku akan menjadi kaki untukmu. Jadi jangan sedih lagi ya." Rey memelukku, benar-benar menenangkan.

"Apa maksudmu mau menjadi kaki untukku? Apa kau tidak malu berdampingan dengan gadis cacat?"

"Di dunia ini, tak ada yang lebih aku inginkan  selain menjadi pendampingmu. Rasa ini sudah lama ada, sayang kau selalu menutup mata. Kau lebih memilih Vano. Rasa itu tak pernah hilang put, justru saat ini dia tumbuh semakin besar. Aku mencintaimu, seperti apapun kamu." Air mataku meleleh mendengar Rey berkata seperti itu.

***

Tibalah hari bahagiaku. Aku akan menikah dengan Rey. Saat ini kebahagiaanku terasa lengkap. Ada Rey, Rianti, dan ibu disampingku. Jika ini hanya mimpi maka jangan bangunkan aku lagi. Tapi ini semua nyata, aku tidak sedang terlelap. Aku resmi menikah dengan Rey. Hari-hari kami begitu menyenangkan. Setelah menikah aku baru tahu jika kehidupan Rey dimas lalu lebih berat dariku. Rey tak pernah hidup hanya dengan bermimpi tapi sejak kecil dia sudah menghidupkan mimpinya.

Lelaki yang lembut itu, sungguh dia telah ditempa begitu keras oleh dunia ini. Tak pernah dia mengeluh apalagi protes terhadap takdir. Dan dia juga tak pernah berharap hanya hidup dalam mimpi, dengan tidur selama dia mau. Selama ini aku salah, hidupku justru lebih ndah di dunia nyata. Hidup di dunia nyata tidaklah sulit jika kita memiliki cara pandang yang luas dan kreatif. Seperti itu kata Rey. Mulai hari ini aku tidak akan lagi menjadi puteri tidur, aku akan menghidupkan mimpiku meski dari atas kursi roda.

Thr end...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun