Aku berlari menyambut tangisan langit
Hanya ini yang kutunggu demi kisahku yang rumit
Kukira takkan datang saat aku sakit
Jika benar, kenyataan itu sungguh pahit
Mengapa tidak?
Rela ku duduk bertimpakan ribuan tetesnya
Tanpa mengeluh apalagi merutukinya
Sebab dengannya aku lega tanpa harus bercerita
Kesepian terisi dengan hadirnya
Suaranya yang beradu dengan tanah
Suaranya yang beradu dengan atap rumah
Bagai harmoni kepiluan dan ketegaran
Sungguh aku menyukainya
Sanggup berlama-lama mendekapnya
Sebab dia selalu ada
Bagai sahabat yang setia pada setiap kisah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H