Mohon tunggu...
Nurin najwa
Nurin najwa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menyukai Kim Mingyu dan buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dalam Terkait Logika Berpikir

6 Oktober 2024   17:08 Diperbarui: 6 Oktober 2024   17:16 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Logika merupakan seni berpikir yang dilakukan untuk pembuktian kebenaran secara masuk akal dengan menggunakan naluri penalarannya. Menilik dari segi etimologisnya, logika berasal dari bahasa Yunani yaitu istilah logike yang diturunkan menjadi logos. Logike atau logos sendiri memiliki arti “pikiran” atau “kata” (Hidayat, 2018). Oleh karena itu, logika sering dikaitkan dengan ilmu teori penyimpulan yang mutlak karena didasari oleh pertimbangan akal secara sistematis (Mustofa, 2016).

Membahas logika, tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan istilah-istilah terkait, seperti silogisme, logisme, dan falasi. Silogisme adalah bagian dari logika yang memakai dua premis untuk menerima sebuah kesimpulan. Premis-premis tersebut terdiri dari premis mayor, premis minor, dan terakhir, sebuah kesimpulan. Silogisme biasanya dipakai untuk mendeskripsikan suatu hubungan merangkum atau menyisihkan diantara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan untuk menghasilkan kesimpulan yang bersifat valid (Sobur, 2015). Sedangkan, logisme merupakan bagian dari logika dengan mencoba untuk mencapai kesimpulan melalui serangkaian premis yang logis.

Penggunaan logika dalam logisme menjadi penting karena ia menuntut premis untuk relevan supaya mendapatkan kesimpulan yang konsisten dan tepat (Sobur, 2015). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap logika berpotensi mengalami kekeliruan. Hal inilah yang membuat adanya kekeliruan dalam berpikir. Kekeliruan berpikir menyebabkan kesalahan dalam memahami suatu masalah sehingga hal itu dapat menjadi suatu big deal apabila tetap dipelihara (Mesah et al., 2024). Hal inilah yang disebut sebagai falasi. Falasi sering juga disebut sebagai jebakan dalam berpikir, oleh karena itu penting bagi kita untuk terus mengembangkan logika berpikir menjadi lebih baik lagi.

Logika berpikir dapat sangat membantu kita dalam mengolah suatu informasi agar tehindar dari falasi. Hal ini dapat diasah salah satunya dengan banyak membaca buku. Dengan membaca, kita dilatih untuk memproses suatu informasi dengan baik. Ketika kita sudah membangun fondasi logika berpikir dengan baik, maka kita akan terlatih untuk mengambil tindakan yang tepat. Untuk berlogika, kita pasti harus memiliki seni dalam berpikir, karena logika berhubungan dengan akal. Logika akan selalu kita temukan dalam seluk beluk kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk melatih ketajaman berpikir untuk menunjang kegiatan kita sehari-hari.

 

Daftar Pustaka

Hidayat, A. R. (2018). Filsafat Berpikir Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir (M. Afandi (ed.)). Duta Media Publishing.

Mesah, W., Darma, F. E., & Lawalata, M. (2024). Memahami Logika Berpikir Sebagai Landasan Membangun Argumentasi Yang Kuat. Jurnal Teologi Injili dan Pendidikan Agama, 2(3), 173–185.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun