Mohon tunggu...
Nurin Nadhilah Agustin
Nurin Nadhilah Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Konsumsi Ekstrak Buah Ciplukan (Physalis angulata L.) sebagai Upaya Pencegahan Maraknya Anemia pada Pandemi Covid-19

1 Desember 2021   09:35 Diperbarui: 9 Mei 2024   11:03 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://lh3.googleusercontent.com/H8k4I9N_mFd44V-Sul-5Pt57UFwX5eK8JVBHsEctjPUPHHCslVmiNqkQzRuXVunE-Y9d=s128

Anemia termasuk dalam masalah kesehatan bidang gizi khususnya pada tidak tercukupinya zat gizi mikro dan hal ini terbilang cukup serius karena dapat menyebabkan komplikasi dalam lingkup kelompok seperti perempuan, bahkan bayi yang baru lahir. Anemia yang dialami oleh seorang remaja memiliki pengaruh yang cukup besar pada penurunan kesegaran jasmani, konsentrasi belajar, dan gangguan pertumbuhan yang bisa mempengaruhi ukuran tinggi badan dan berat badan yang tidak mencapai batas normal sesuai usianya (Herwandar & Soviyati, 2020). Anemia yang sering dialami oleh remaja putri memiliki risiko tinggi karena dapat berpengaruh terhadap imunitas tubuh yang turun dan sedang tidak stabil, di mana nantinya dapat menyebabkan suatu penyakit lebih mudah menyerang tubuh dan mengganggu kesehatan tubuh. Penyakit kekurangan darah ini yang terjadi karena minimnya asupan zat gizi besi pada remaja dan dewasa muda, dapat mengganggu jalannya kegiatan sehari-hari, serta berdampak negatif pada kinerja dan pertumbuhan kognitif mereka.

Prevalensi penyakit anemia pada balita yaitu sebesar 40,5%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%, remaja putri usia 19-45 tahun sebesar 39,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, dan ibu nifas sebesar 45,1% (Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2012).  Tingginya populasi terkenanya penyakit anemia terutama dalam lingkup remaja putri, diperlukan pencegahan serta penanganan yang tepat dan sesuai target ditambah dari kondisi saat ini yaitu pandemi Covid-19 ini yang dapat menjadi penyebab lainnya dari meningkatnya kasus anemia karena mudah terserangnya imunitas atau daya tahan tubuh. Campur tangan perihal pencegahan serta penanganan kasus anemia ini perlu disertai dengan mengedukasi pentingnya asupan zat gizi yang tepat dan perlu ditingkatkan melalui penguatan dan penambahan bermacam pangan dengan kandungan zat besi, serta peningkatan pelayanan kesehatan yang baik dan memadai. Selain itu, kita juga bisa mencegah dan menangani anemia dengan mengonsumsi makanan atau minuman herbal yang kaya akan zat besi ataupun zat gizi mikro lainnya yang dapat membantu peningkatan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah.

EKSTRAK BUAH CIPLUKAN

Sumber : https://lh3.googleusercontent.com/H8k4I9N_mFd44V-Sul-5Pt57UFwX5eK8JVBHsEctjPUPHHCslVmiNqkQzRuXVunE-Y9d=s128
Sumber : https://lh3.googleusercontent.com/H8k4I9N_mFd44V-Sul-5Pt57UFwX5eK8JVBHsEctjPUPHHCslVmiNqkQzRuXVunE-Y9d=s128
Ciplukan (Physalis sp.) adalah tumbuhan yang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan sebagai bahan industri biofarmaka yang ada di Indonesia. Pengembangan produksi ciplukan dapat dilakukan dengan cara penyediaan varietas unggul ciplukan guna meningkatkan kapasitas genetik melalui pemuliaan tanaman (Effendy et al., 2018). Pemanfaatan buah ciplukan sayangnya masih belum banyak dilakukan pengembangan oleh masyarakat luas. Perlu menghapuskan persepsi masyarakat yang menganggap ciplukan hanya sebagai tanaman pengganggu atau benalu yang tumbuh liar di mana selalu dimatikan saat akan tumbuh. Apabila hal ini terjadi secara berkepanjangan, dikhawatirkan tumbuhan ini akan mengalami kepunahan di masa mendatang.

Ciplukan banyak dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku dari obat tradisional yang dapat dikembangkan dalam industri bidang biofarmaka dan non biofarmaka. Manfaat dari ciplukan dalam bidang biofarmaka yaitu dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan seperti obat anti diare, anti kanker, obat bisul, maupun obat lainnya dikarenakan adanya kandungan yang terdapat pada ciplukan seperti fisalin B, D, F (Sharma et al., 2015). Di samping itu, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pada pengolahan jus, es krim, jeli, atau selai (Muniz et al., 2014). Terdapat pula banyak kandungan gizi dalam buah ciplukan, seperti vitamin, kalsium, fosfor, serta banyak zat mikro lainnya.

Salah satu kandungan buah ciplukan, yaitu zat besi mampu untuk mengatasi kekurangan kandungan sel darah merah atau yang kerap kali disebut anemia. Zat besi yang terdapat dalam buah berukuran kecil ini akan dapat meningkatkan kadar Hb dalam darah. Hemoglobin atau Hb sendiri mempunyai fungsi vital yaitu berperan sebagai protein pembentuk eritrosit atau sel darah merah yang dapat mengedarkan oksigen ke seluruh jaringan dalam tubuh. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut guna mengetahui pemanfaatan tanaman ciplukan dan senyawa lain yang terkandung di dalam ekstrak buah ini secara lebih luas.

Sebuah penelitian mengenai kandungan zat besi buah ciplukan telah dilakukan oleh seorang mahasiswa D III Kebidanan Universitas Islam Madura. Penelitian diamati dengan menerapkan metode penelitian eksperimental yang disertai dengan model rancangan sebenarnya (True Experiment). Data yang diambil merupakan suatu data primer yang didapatkan melalui hasil uji kandungan hemoglobin pada remaja putri ketika berada pada fase menstruasi. Analisis diterapkan terhadap data hasil yang telah didapatkan selama proses penelitian dengan memanfaatkan analisis data secara induktif, serta dilakukan dengan cara menelaah secara keseluruhan dari data responden yang mengalami anemia dan sedang berada dalam masa menstruasi. Setelah diketahui kadar hemoglobin para responden, kemudian akan diberikan perawatan lebih lanjut dan pemberian dosis ekstrak ciplukan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Pembuatan ekstrak ciplukan dilakukan dengan cara awal yaitu proses pembersihan dan pengeringan di bawah paparan panas matahari. Kemudian, dilakukan perebusan buah ciplukan menggunakan bubuk simplisia yang dibungkus dengan sebuah kain dan ditambahkan dengan air sebanyak 5 liter. Proses perebusan dilakukan selama 30 menit dengan dua kali pengulangan. Ekstrak air yang didapat dari proses perebusan akan diuapkan dalam sebuah bejana dengan suhu ± 80°C hingga dihasilkan ekstrak bersifat kental. Selanjutnya dilanjutkan dengan proses pengeringan menggunakan bantuan oven pada suhu ± 60°C hingga didapatkan wujud kering tanpa adanya kandungan air yang kemudian digiling menjadi serbuk.

Serbuk ciplukan yang telah melewati proses pengolahan dapat dimasukkan dan dikemas dalam sebuah kapsul obat yang terbuat dari gelatin agar lebih mudah saat dikonsumsi. Penggunaan ekstrak ciplukan juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu mencampurkan serbuk dengan makanan apabila tidak dapat mengonsumsi kapsul obat secara langsung. Tanaman ciplukan juga dapat dikonsumsi langsung dengan cara lebih sederhana yaitu direbus terlebih dahulu dengan air, lalu disaring dan diminum. Ketiga cara tersebut dapat dijadikan sebagai pilihan dalam menangani sekaligus mencegah anemia dalam sisi tanaman herbal, serta upaya pemanfaatan buah ciplukan secara maksimal dalam lingkup masyarakat luas.

Upaya dalam mencegah peningkatan kasus anemia di Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman ciplukan. Dalam beberapa penelitian membuktikan bahwa kandungan zat besi yang terdapat pada tanaman ciplukan ini dapat membantu menaikkan jumlah Hb dalam darah yang diperlukan untuk menjaga kestabilan kadar sel darah merah dalam tubuh. Fungsi zat besi sendiri mengambil peranan vital yaitu berperan sebagai protein pembentuk sel darah merah yang memiliki fungsi dalam hal pengangkutan oksigen (Oâ‚‚) di dalam tubuh. Tercukupinya kandungan zat gizi mikro khususnya zat besi dalam tubuh akan berdampak pada pemenuhan zat gizi yang sangat diperlukan untuk peningkatan daya tahan tubuh dalam menjalani aktivitas sehari-hari dengan maksimal.

Maka dari itu, pemanfaatan dan pengolahan tanaman ciplukan perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai bentuk dukungan pemenuhan zat gizi mikro, terutama zat besi yang diperlukan oleh masyarakat terutama di masa pandemi. Sasaran utamanya adalah untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai pemanfaatan dan cara pengolahan tanaman ciplukan dalam mencegah peningkatan kasus anemia di Indonesia khususnya di saat pandemi Covid-19. Pemanfaatan dan pengolahan tanaman ciplukan yang sederhana ini mempermudah kita dalam mengkonsumsinya untuk pemenuhan zat gizi besi sebagai upaya preventif terhadap penyakit anemia yang cukup tinggi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun