Mohon tunggu...
NUR INDAH FAJARINI
NUR INDAH FAJARINI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen, IPB University

Saya merupakan mahasiswa yang memiliki ketertarikan di bidang ketahanan keluarga dan perkembangan anak. Hal tersebut sejalan dengan jurusan pendidikan yang saya tempuh yakni jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, IPB University. Berbagai isu tentang keluarga dan anak menjadi topik unik tersendiri yang senang saya ulas. Berbekalkan rasa ingin tahu yang tinggi, mendorong saya untuk terus mempelajari hal-hal baru di sekitar saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bagaimana Manajemen Konflik Kerja-Keluarga dan Kesejahteraannya pada Keluarga dengan Anggota Handicap di Perkotaan?

7 Mei 2023   21:00 Diperbarui: 7 Mei 2023   21:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: istockphoto.com

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, keluarga tak luput dari konflik keluarga dan ketegangan pekerjaan. Keluarga sebagai unit terkecil memiliki anggota dengan peran dan fungsinya masing-masing. Salah satu konflik-kerja keluarga yang membutuhkan penyesuaian yang lebih tinggi adalah adanya anggota handicap atau pengidap disabilitas. 

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. Jika mengikuti perkiraan tersebut, dengan jumlah anak usia sekolah di Indonesia 5-14 tahun sebanyak 428.000.000 jiwa, maka diperkirakan ada sekitar 42.000.000 anak berkebutuhan khusus di Indonesia (Kemenkes, 2010).  

Menurut UU Nomor 8 Tahun 2016, penyandang disabilitas memiliki hak yang sama dengan manusia normal, seperti hak pendidikan, hak pekerjaan, dan hak-hak lainnya. 

Orang tua berperan sebagai caregiver bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena keterbatasannya. Mace dan Rabins (2006) menyatakan bahwa merawat anggota handicap dapat menimbulkan dampak sosial dan finansial pada keluarga yang merawatnya karena kondisi disabilitas anak yang membuat mereka bergantung pada orang lain. 

Oleh karenanya, dalam mewujudkan kesejahteraan pada keluarga dengan anggota handicap, orang tua akan sangat membutuhkan dukungan dan koordinasi antar anggota keluarga dengan saling membantu dalam tanggungjawab keuangan keluarga.

Manajemen Konflik Kerja-Keluarga

Manajemen pekerjaan dan keluarga adalah suatu upaya untuk mengatur dan mengkoordinasikan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan kerja dan keluarga agar dapat berjalan seimbang. Pada kenyataannya, perempuan seringkali masih menanggung beban yang lebih besar dalam mengatur pekerjaan dan keluarga. 

Hal ini juga menjadikan banyak suami dan istri yang bekerja atau biasa disebut dengan dual earner family yang dapat menimbulkan konflik dalam keluarga jika kedua belah pihak tidak dapat saling memahami dan memenuhi perannya masing-masing semaksimal mungkin. Dalam mengelola manajemen pekerjaan dan keluarga, perlu dilakukan dengan bijaksana dan terus menerus mengevaluasi agar tetap seimbang. 

Penelitian yang dilakukan oleh Greenhaus dan Powell (2006) menemukan bahwa fleksibilitas waktu, dukungan keluarga, dan keadilan dalam distribusi tugas domestik sangat penting dalam mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Maka dari itu, pembagian peran yang tepat dalam keluarga suami dan istri yang sama-sama bekerja dapat memudahkan manajemen pekerjaan dan keluarga dengan baik

sumber: istockphoto.com
sumber: istockphoto.com

Karakteristik Responden: Keluarga dengan Anggota Handicap

Hasil survei yang dilakukan penulis dengan sasaran lima responden keluarga yang memiliki anggota handicap di jabodetabek menunjukkan bahwa terdapat dua kategori keluarga dengan anggota handicap, yakni keluarga dari kalangan kelas menengah atas dan kelas menengah bawah. 

Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak empat keluarga tergolong kalangan kelas menengah bawah sedangkan satu tergolong kalangan kelas menengah atas. 

Padahal keluarga yang memiliki anggota handicap memerlukan biaya yang lebih besar sebagaimana hasil demografi dari Universitas Indonesia bahwa keluarga disabilitas  pengeluaran  ekonomi  lebih  besar  30%   dari   keluarga   yang   tidak   mempunyai   anggota   keluarga   disabilitas. 

Kondisi tersebut tentu memengaruhi kualitas pemenuhan hak pada anggota keluarga yang handicap. Hal tersebut pernah dilakukan penelitian dari Setiawan et. al. (2017) yang menyebutkan bahwa ekonomi keluarga memengaruhi pemenuhan hak anak penyandang disabilitas.

Konflik Kerja Keluarga pada Keluarga dengan Anggota Handicap dan Strategi dalam Mengatasi Konflik

Konflik kerja dan keluarga merupakan bentuk konflik ketika individu memiliki peran ganda dengan kondisi antara lingkungan tempat kerja dan keluarga tidak ada keseimbangan dari beberapa aspek yang ada. Konflik kerja keluarga yang dirasakan oleh keluarga dengan anggota handicap tentu menjadi tantangan tersendiri. 

Kondisi kecacatan pada anak dapat mempengaruhi kehidupan keluarga secara menyeluruh, mulai dari aspek fisik, finansial, emosional, dan sosial. Pada survei yang telah dilakukan penulis, dapat disimpulkan konflik yang sering terjadi pada keluarga dengan anggota handicap yang menjadi responden penelitian ini yaitu perlu tantangan dalam membagi waktu antara urusan pekerjaan dan keluarga, perdebatan mengenai pembagian peran, dan konflik yang paling sering terjadi penyebabnya karena urusan ekonomi.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan kepada lima orang responden yang termasuk keluarga dengan anggota handicap, strategi yang digunakan dalam membagi waktu yaitu keluarga berupaya untuk mengoptimalkan sumber daya anggota keluarga dengan pembagian peran yang jelas sesuai fungsinya. Keluarga dengan anggota handicap tentu memiliki kebutuhan khusus sehingga setiap anggota keluarga perlu saling tolong-menolong agar manajemen dalam keluarga dapat berjalan dengan optimal. 

Dalam menentukan pembagian peran yang jelas, keluarga menjalin komunikasi efektif agar keputusan yang diambil dapat diterima oleh seluruh anggota keluarga, sehingga dapat meminimalisir terjadinya permasalahan dalam keluarga. Untuk menyelesaikan konflik ekonomi adalah dengan mengatur pengelolaan uang dengan lebih bijak. 

Pengelolaan keuangan keluarga biasanya diatur oleh ibu, sehingga ibu perlu mengecek kebutuhan apa yang bisa dikurangi agar tetap dapat memenuhi kebutuhan yang lebih penting seperti kebutuhan makan. Sehingga kebutuhan pokok keluarga terutama untuk anggota keluarga handicap tetap dapat terpenuhi.

sumber: Liputan6.com
sumber: Liputan6.com

Kesejahteraan Keluarga pada Keluarga dengan Anggota Handicap

Konsep Keluarga Sejahtera menurut UU No 10 tahun 1992 adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. 

Dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga, keluarga dengan anggota handicap memiliki tantangan yang lebih karena terdapat pemenuhan kebutuhan yang berbeda. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, kesejahteraan pada keluarga dengan anggota handicap ditentukan dengan terpenuhinya hak-hak bagi setiap anggota keluarga, termasuk pada anggota handicap. 

Kesejahteraan penyandang tunagrahita ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu akses pendidikan yang memadai, tersedianya perawatan kesehatan, dukungan keluarga, akses kegiatan produktif untuk perbaikan kualitas hidup, serta lingkungan yang ramah. 

Seluruh orang tua dari setiap keluarga yang menjadi responden mengakui bahwa keadaan anak mereka tidak menghalangi produktifitas keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mereka mengedepankan pendidikan anak-anaknya dengan memasukkan mereka ke sekolah khusus sesuai dengan jenjang pendidikan sang anak. 

Beberapa dari orang tua yang menjadi responden juga mengakui bahwa memantau perkembangan anak setiap bulan di sekolah sudah menjadi sebuah rutinitas. Dukungan penuh yang diberikan oleh para orang tua kepada anggota penyandang handicap disamping fokus kepada pekerjaan merupakan bentuk usaha untuk tercapainya kesejahteraan keluarga.

Tidak sedikit keluarga yang mengeluhkan bahwa merawat dan mengasuh anggota berkebutuhan khusus atau handicap membutuhkan tenaga dan perhatian yang ekstra.  

Fleksibilitas waktu, dukungan keluarga, dan keadilan dalam distribusi tugas domestik sangat penting dalam mencapai keseimbangan untuk menghindari konflik antara pekerjaan dan keluarga. Suami yang berperan sebagai pencari nafkah sebaiknya turut membantu keluarga dalam menjalankan pekerjaan rumah dan mengurus anak. 

Di samping itu, istri yang fokus mengurus pekerjaan rumah tangga sebaiknya dapat meningkatkan interaksi dengan anak agar dapat mengetahui apa yang dialami anak dalam masa perkembangannya.


Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si.
Irni Rahmayani Johan, SP., MM., PhD

Disusun oleh:
Siti Rosidah - Wulan Safitri - Nisrina Sausan - Fatma Izzatunnisa - Nur Indah Fajarini

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen - Fakultas Ekologi Manusia - 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun