Semuanya sudah beranjak sedangkan aku masih tetap di tempat yang sama dengan kenangan yang masih melekat dalam ingatan. Pohon rindang dengan buah segar yang sudah siap disantap, aku termenung dibawahnya. Senenarnya apa yang sedang aku tunggu? Apa yang aku harapkan? Dan bagaimana menghujudkannya? Kicauan burung mengalihkan pikiranku. Sekelebat bayang-bayang itu kembali muncul dan terus menari dalam ingatan.
Hari sudah petang namun langkah masih lunglai, kakek di luar langgar khusuk dengan wiridannya, dengan wajah yang tak lagi kencang tak membuatnya mengeluh untuk melakukan ibadah, setiap waktu tangannya sibuk menghitungi biji-biji kopi.
“Dari mana saja?” tanyanya sambil membenarkan kacamata. Jariku menunjuk tempat persembunyian.
“Ibu kemana kek?” dia hanya menjawab dengan gelengan dan membuat mukaku kembali berubah masam.
Kenapa ibu tidak jera juga dengan perbuatannya?
###
14 Juli 2014.
Kijang-kijang dalam hutan berlarian melihat dua insan yang tegah tergesa masuk kedalam hutan, suasana hutan mencekam, para tumbuhan seakan mengerti apa yang terjadi, gelap membubuhi perjalanan dua insan itu. Dengan tawa ringan keduanya tidak menyadari apa yang akan terjadi akibat ulahnya.
“Mas, seru juga ya berlarian di hutan keramat ini” ucap Marisa dengan senyum manisnya.
Mendengar tuturan kekasihnya itu, Hanif hanya bisa mengangguk dan tertawa bersama dengan angin yang bertiup kesana kemari. Mereka berdua tidak pernah tau kalau ada anak kecil yang sedang mengintip di balik semak berduri.