Engkaulah cahaya dalam kehidupan yang selalu memberikan kasih sayang di kala aku merasa kesepian. Engkau hadir bagaikan bidadari yang selalu memberi kekuatan saat aku diremehkan. Kasih sayangmu yang membuatku tumbuh menjadi pribadi yang sangat luar biasa.
Cahaya mentari mengintip di balik jendela, sayup-sayup kudengar teriakan ibu memanggi, dengan nyawa yang masih di ujung tanduk kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi. Kutatap penampilanku di pantulan cermin, aku tersenyum melihat pantulan tubuhku. Cantik, itulah kata-kata yang sering kali aku ucapkan sebelum berangkat ke sekolah.
Di sekolah tidak ada yang berubah, semua masih tetap sama. Namun entah kenapa aku selalu merasa bahagia setiap kali kuinjakkan kakiku di gerbang sekolah, banyak anak yang mengira aku tidak normal, namun aku tidak pernah merespon setiap ejekan yang mereka lontarkan padaku.
"San dicariin emak-emak di luar," kata toni menunjuk kearah gerbang sekolah
Kupercepat langkahku menuju kerumunan di depan gerbang sekolah, kuterobos kerumunan itu hingga kini kuberada di tengah-tengah kerumunan bersama wanita sebaya yang sedang menjejerkan kuenya sambil menawarkan pada anak-anak. Ada rasa sesak meliat ibuku yang kini sedang mengusap keringat dikeningnya, ingin rasanya kuambil alih pekerjaannya, namun hal itu hanya akan mengundang kemarahan ibuku. Satu pesan yang selalu aku ingat dan menjadi penyemangatku. "Kamu harus belajar yang rajin, biar suatu saat kamu bisa membawa ibu jalan-jalan naik mobil. Jangan pernah menyerah, kejar semua yang kamu impikan, jangan sampek kamu kayak ibumu yang tidak berguna ini." Mengingatnya saja rasa semangatku sudah menggebu, apalagi mendengarkan langsung dari ibu.
Setiap langkah kujalani, setiap hambatan kuhadapi, dan setiap tantangan pasti kutakluki. Rasa pilu sering menyergap di lubuk hatiku, keirian semakin menggebu. Kenapa hidupku tidak seperti mereka? rasa sesak semakin menyelimuti dadaku. Bohong jika aku bilang tidak mau hidup enak seperti teman-temanku! terkadang dalam kesunyian kuselalu bertanya-tanya, kapan aku bisa seperti teman-temanku yang setiap liburannya pulang pergi naik pesawat, jangankan naik pesawat naik bis aja setahun sekali. pernah sekali aku protes tentang takdirku yang selalu tidak beruntung dan saat itu juga ibu memberiku nasehat.
"Tidak semua yang kamu lihat enak itu bakalan enak beneran, ingat nak di dunia ini semuanya itu tipu muslihat, jika kamu tidak pandai mengahadapinya maka kamu akan celaka, syukuri dan nikmati apa yang kamu punya, jangan pernah melirik milik orang lain, bahagialah dengan apa yang kamu miliki, jangan pernah kamu membandingkan nasipmu dangan orang lain, karena diluar sana masih banyak orang yang lebih kesulitan dari pada kita."
Seperti tertampar petir, seketika itu juga hatiku terasa damai, setiap kata yang ibuku bilang seakan mampu menumbuhkan rasa semangatku. Aku tersenyum melihat ibuku yang kini sedang menyiapkan kue untuk jualannya di esok hari.
***
Burung-burung terbang menembus cakrawala, rumput hijau melambai seakan memberi semangat baru bagiku. Kulangkahkan kakiku dijalan setapak sambil bersenandung ria, kuanggukkan kepala disaat berpapasan dengan orang desa.
Banyak bisikan yang sering kali aku dengar tentang keluargaku, namun sebisa mungkin kututup telinga dan kuanggap bisikan itu sebagai salah satu penyemangatku disaat aku letih menghadapi ujian di dunia ini.