Mohon tunggu...
Nur ima
Nur ima Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1

Hallo nama saya nurima saya suka membaca buku,novel,cerpen dll dan saya suka sekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin hoffman

20 Januari 2025   00:25 Diperbarui: 20 Januari 2025   00:25 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, serta meresponsnya dengan cara yang sesuai. Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan terkemuka, mengembangkan teori empati yang menjelaskan bagaimana kemampuan ini berkembang sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Hoffman percaya bahwa empati memainkan peran penting dalam pembentukan moralitas, hubungan sosial, dan perilaku prososial. Artikel ini akan membahas teori empati Martin Hoffman secara mendalam, termasuk tahapan perkembangan empati dan faktor-faktor yang memengaruhinya.Hoffman menekankan bahwa empati bukan hanya reaksi emosional spontan, tetapi juga proses yang berkembang seiring dengan pertumbuhan kognitif dan pengalaman sosial individu. Ia percaya bahwa empati adalah dasar dari moralitas manusia, karena kemampuan untuk merasakan penderitaan orang lain mendorong perilaku prososial, seperti membantu, berbagi, dan peduli.

Tahap perkembangan Empati 

Hoffman menjelaskan bahwa empati berkembang dalam empat tahap utama seiring pertumbuhan individu:

1.Empati Global (0-1 tahun)

Aktif Pada tahap ini, anak-anak bereaksi terhadap emosi orang lain secara refleks, tanpa memahami bahwa emosi tersebut berasal dari orang lain. Ketika anak-anak melihat orang lain menangis, mereka cenderung ikut menangis, bukan karena mereka memahami emosi tersebut, tetapi karena mereka merasakannya sebagai bagian dari diri mereka sendiri. Contohnya, Jika seorang anak melihat anak lain menangis, ia mungkin juga menangis karena ia merasa "terinfeksi" oleh emosi ini, meskipun ia belum dapat memahami sumber emosi ini.

2. Empati egosentris (1 hingga 2 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki emosi yang berbeda dari emosi mereka sendiri. Namun, respons mereka terhadap emosi orang lain tetap egois, artinya mereka berusaha menenangkan orang lain dengan cara yang mereka yakini akan menenangkan mereka sendiri. Contohnya, Seorang anak yang melihat temannya menangis mungkin akan memberikan mainannya untuk menghibur temannya, meskipun mainan tersebut tidak ada hubungannya dengan apa yang membuatnya menangis. Temannya sedih.Empati terhadap perasaan orang lain (2 hingga 3 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami bahwa emosi orang lain mungkin berbeda dari emosi mereka sendiri dan dapat merespons kebutuhan emosional orang lain dengan lebih tepat. Contohnya, Seorang anak yang melihat orang tuanya bersedih mungkin akan menawarkan pelukan atau kata-kata penghiburan, karena mengetahui bahwa orang tuanya membutuhkan dukungan emosional.

4. Empati terhadap kondisi kehidupan orang lain (usia sekolah ke atas)

Pada tahap ini, anak-anak dan remaja mulai memahami bahwa emosi orang lain tidak hanya disebabkan oleh situasi saat ini, tetapi juga oleh kondisi kehidupan yang lebih luas. Mereka dapat menunjukkan kepekaan terhadap isu-isu yang kompleks, seperti ketidakadilan sosial atau kesulitan ekonomi. Contohnya,  Seorang remaja mungkin merasa sedih dan termotivasi untuk membantu ketika mengetahui bahwa seseorang kehilangan rumahnya karena bencana alam.

Mekanisme pengembangan Empati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun