Mohon tunggu...
Nuril Mufarroha
Nuril Mufarroha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan Lebih Tau antara Keinginan dan Kebutuhan

11 Oktober 2019   06:09 Diperbarui: 11 Oktober 2019   06:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap orangtua pasti mengharapkan anaknya menjadi orang sukses. Begitupun orangtuaku. Pamanku menyarankan agar aku mengikuti tes CPNS STAN atau IPDN dan orangtuaku sependapat dengan itu karena anak dari pamanku berhasil masuk di sekolah kedinasan IPDN Bandung. 

Setelah lulus dari sekolah kedinasan  dijamin langsung menjadi PNS. Siapapun  menginginkan posisi itu, sehingga tak heran jika peminatnya sangat banyak. Dengan peminat yang banyak, saingannya pun semakin ketat. Tak mudah untuk masuk ke sekolah kedinasan, perlu adanya skill, fisik yang kuat dan pengetahuan yang hebat. 

Aku tak begitu minat dengan tawaran itu, tetapi karena itu kemauan orangtuaku juga, aku pun tidak bisa menolak. Sehingga aku  harus mulai belajar keras dan sering membaca buku --buku latihan soal STAN selain itu aku juga harus mempersiapkan menghadapi UNBK.

Aku terdaftar sebagai peserta SNMPTN, bisa dibilang itu adalah kesempatan emas  karena  tak semua orang bisa mengikuti itu. Setidaknya jika harapan untuk menjadi dokter pupus, aku masih punya pilihan kedua yaitu guru. Akhirnya aku menjatuhkan pilihanku pada UIN Malang. 

Tak disangka-sangka aku diterima di jurusan pendidikan IPS jalur SNMPTN bidikmisi. Tentunya untuk mendapatkan itu tidaklah mudah. Di sela-sela harus persiapan UNBK, aku harus mengurus berkas-berkas, dll. 

Sebenarnya aku sulit untuk menerima ini, karena aku kurang begitu minat terhadap jurusan PIPS, mengingat bahwa aku berasal dari jurusan IPA. Makin kesini aku semakin condong ke STAN karena aku berfikir dengan aku masuk STAN aku bisa kuliah tanpa haarus merepotkan orang tua ku.

Setelah pelaksanaan UNBK, akhirnya tiba waktunya pelaksanaan tes PKN STAN. Aku sangat antusias karena sungguh besar harapanku untuk bisa masuk dan aku sangat percaya diri karena aku sudah menyiapkan jauh hari. Namun takdir berkata lain, aku gugur di tahap pertama. Sungguh saat itu harapanku hancur yang kedua kalinya. Raut kecewa pun terlihat di wajah ibuku.

Tidak ada jalan  lain, bagaimanapun juga aku  harus menerima ketetapan yang sudah dibuat oleh Tuhan kepadaku. Apalagi aku sudah ketrima di bidikmisi, kejutan Tuhan yang sangat indah kenapa aku mau menyia-nyiakan  itu. Seiring berjalannya waktu aku mulai menikmati perkuliahanku di PIPS. Aku sudah diberi kesempatan untuk kuliah tanpa menambah beban berat kepada orangtua ku, aku harus bersyukur akan itu. 

Maka aku harus memberikan feedback kepada negara yaitu dengan bersungguh-sungguh dalam belajar. Harapannya aku bisa memberikan prestasi sehingga basiswa yang diberikan padaku tidak sia-sia. 

Jika aku kuliah mengambil pendidikan, yang nantinya bakal menjadi guru, maka aku harus berkontribusi terhadap negara dengan cara mengabdikan diri untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa". Dari sini aku sadar bahwasanya Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan, daripada apa yang kita inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun