A. Pendahuluan
Sastra anak memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Di zaman digital ini, sastra anak telah beralih dari buku cetak ke format digital, yang membawa banyak inovasi dalam cara cerita disajikan. Dengan kemajuan teknologi, sastra digital menjadi pilihan menarik untuk menarik perhatian generasi muda. Artikel ini akan membahas tantangan yang dihadapi oleh sastra anak dalam bentuk digital serta peluang yang bisa dimanfaatkan dalam pendidikan dasar.
Di era digital yang terus maju, teknologi telah memengaruhi hampir semua aspek kehidupan kita, termasuk pendidikan dan m pembelajaran (Dito & Pujiastuti, 2021).Â
Pembelajaran sastra Indonesia, yang merupakan bagian dari warisan budaya dan identitas bangsa, juga mengalami perubahan besar dalam konteks digital (Mulyadi dan Herdianto 2022).Â
Pembelajaran sastra Indonesia kini bisa dilakukan secara online
melalui berbagai platform seperti e-book, audiobook, dan video pembelajaran (Sri Maruti et al., 2022). Selain itu, teknologi memungkinkan interaksi antara guru dan siswa melalui forum diskusi online, webinar, dan konferensi video.Â
Meskipun pembelajaran sastra Indonesia dapat dilakukan secara daring, penting untuk tetap mempertahankan relevansi dan keberlanjutan pembelajaran sastra di era digital ini. Tantangan utama adalah menjaga literasi dan apresiasi terhadap karya sastra di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Untuk meningkatkan literasi dan apresiasi terhadap sastra di era digital, diperlukan kerjasama antara guru, siswa, dan pemerintah.
Dalam proses pembelajaran sastra, guru dapat memanfaatkan sastra digital sebagai metode baru untuk mengajar (Wiguna, n.d.). Meskipun
menggunakan media digital, buku tetap menjadi sumber utama dalam belajar. Sastra digital bisa menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan minat dan bakat siswa dalam sastra, terutama dalam kegiatan menghargai
karya sastra.
B. Tantangan Sastra Anak Digital Di Era Pendidikan Dasar
Untuk memastikan pembelajaran sastra Indonesia tetap berlanjut di era digital, ada beberapa hal yang harus diatasi. Salah satunya adalah memastikan semua orang, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil dan yang memiliki keterbatasan fisik atau keuangan, masih bisa mengakses karya sastra (Junita, n.d.). Selain itu, penting untuk terus mengembangkan kurikulum yang relevan dan inovatif, yang menggabungkan teknologi
dengan pemahaman mendalam tentang karya sastra.
Tantangan lain adalah menjaga agar nilai-nilai keaslian dan keutuhan karya sastra tetap terjaga di tengah cepatnya arus informasi. Di
zaman sekarang, plagiarisme dan konten ilegal mudah disebarluaskan, maka melindungi hak cipta dan integritas karya sastra sangat penting.
Guru menghadapi berbagai tantangan dalam pengajaran sastra, salah satunya adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang ini. Hal ini dapat berdampak negatif pada minat dan pemahaman siswa terhadap karya sastra. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan
pendekatan inovatif dan pembaruan metode pengajaran agar sastra dapat diajarkan dengan cara yang lebih efektif dan menarik bagi siswa.
Selain itu, keterbatasan fasilitas juga menjadi kendala dalam pendidikan sastra. Akses terhadap buku-buku sastra sering kali sulit bagi siswa, dan perpustakaan sekolah yang minim menjadi penghambat dalam memperluas wawasan mereka tentang sastra. Kurangnya akses teknologi juga menghalangi penggunaan media digital dalam pembelajaran.
Rendahnya minat baca di kalangan siswa merupakan masalah lain yang signifikan. Banyak siswa, terutama generasi Alfa, menunjukkan minat yang rendah terhadap karya sastra, yang dipengaruhi oleh media sosial, gadget, dan berbagai bentuk hiburan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk meningkatkan minat baca siswa melalui program- program yang menarik dan inovatif.