Mohon tunggu...
Nuril Hanifa
Nuril Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kita usahakan gelar itu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Gumamku, Ya Allah" puisi jawaban dari seorang pengembara?

22 Mei 2023   18:08 Diperbarui: 23 Mei 2023   09:40 6860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang gak kenal W.S. Rendra? Dr. Willibrordus Surendra Broto Narendra, S.S., M.A atau biasa disebut W.S. Rendra lahir di Solo pada tanggal 7 November 1935 dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Rendra merupakan seniman, penyair, dan dramawan yang terkenal di Indonesia sejak 1950-an. 

Rendra pertama kali mempublikasikan puisinya di media massa melalui majalah Siasat pada tahun 1952. Selama berkarier sebagai seorang seniman, Rendra dijuluki "Si Burung Merak". Hal ini karena cara pembacaan puisi dan penampilannya di atas panggung yang penuh pesona serta flamboyan, bak Burung Merak. Salah satu puisi karya Rendra adalah "Gumamku, Ya Allah"

Gumamku, Ya Allah

Angin dan langit dalam diriku,
gelap dan terang di alam raya,
arah dan kiblat di ruang dan waktu,
memesona rasa duga dan kira,
adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!
Serambut atau berlaksa hasta
entah apa bedanya dalam penasaran pengertian.
Musafir-musafir yang senantiasa mengembara.
Umat manusia tak ada yang juara.
Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.
Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.
Agama adalah kemah para pengembara.
Menggema beragam doa dan puja.
Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.

Puisi bertema keagamaan dan  ketuhanan tersebut ditulis pada 28 Mei 1983 tepatnya di Jakarta. Puisi tersebut berisi gumaman penyair terhadap Sang Pencipta. Rendra banyak menggambarkan bagaimana sepatutnya manusia mengabdi kepada Tuhan. Sebenarnya  manusia ialah makhluk yang tidak sepantasnya berlagak sombong.  

Bait pertama Rendra menyampaikan tentang keberadaan Allah SWT yang dapat diartikan bahwa semua yang ada dalam diri manusia dan ligkungan merupakan campur tangan Tuhan. Pada bait 1 menggunakan majas metafora, yaitu majas berupa gaya bahasa imajinatif. Didapati kata konkret "angin dan langit dalam diriku" kata angin dan langit merupakan kata konkret atau nyata, karena dapat di lihat oleh indra manusia. Terdapat kata serapaan dari bahasa asing pada puisi ini, salah satunya dari bahasa arab yaitu kata qiblatun. Arti dari kata kibat yang maknanya arah. Kata "kiblat" terdapat pada bait 1 baris ketiga "Arah dan kiblat di ruang dan waktu".

Pada bait kedua memaparkan tentang derajat yang dimiliki manusia yang sama di mata Allah SWT. Dan agama adalah pondasi yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Meskipun agama di Indonesia ini berbeda-beda tetapi tetap nilai-nilai kebaikanlah yang diajarkan, yaitu sikap saling menghargai antar umat beragama. Baris kelima menggunakan majas hiperbola. Tergambar dalam baris kelima "Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi". Bentuk tersebut merupakan majas hiperbola karena berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya. Pada baris tersebut juga menunjukkan makna konotatif yang merupakan ungkapan isi hati Rendra terhadap Tuhan yang dituangkan dalam karya yang berjudul "Gumamku, Ya Allah". Kata sapaan yang digunakan pada puisi ini yaitu kata 'musafir-musafir' yang berarti sekelompok atau sekumpulan pengembara. "Musafir-musafir yang senantiasa mengembara" dapat diartikan sebagai nama diri seseorang atau dapat diartikan sebagai makhluk yang senantiasa hidup di jalan Tuhan.

Serta pada bait ketiga berisi tentang semua manusia tidak bisa melihat Tuhan  namun mereka sama-sama rindu kepada sosok Tuhan. Pada baris kedua "Agama adalah kemah para pengembara." Kata 'kemah' dalam KBBI berarti tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya. Namun, dalam puisi ini kata kemah berarti tempat singgah para umat manusia untuk berbodong-bondong beriman dan memohon kepada Tuhan. Tergambar bahwa agama adalah tempat dimana manusia berpulang, dan agama adalah tiang-tiang pondasi rumah keimanan walaupun berbeda cara dan bahasa dalam mengenal dan bedoa kepada Tuhan. Yang tergambar pada baris terakhir "Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda."

Nah, dari paparan analisa puisi berjudul "Gumamku, Ya Allah" karya W.S Rendra tersebut dapat kita ambil suatu pelajaran bahwa manusia diibaratkan seorang pengembara yang tak tahu arah. Dengan agama maka kita tahu jalan dan rumah apa yang akan kita tuju, yaitu Tuhan. Walaupun beragam tata bahasa tetapi memiliki makna yang sama, begitu pula dengan kerinduan dan doa yang terucap. Semoga kita dapat senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun