Mohon tunggu...
nuril hadi
nuril hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Masih pelajar mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kehidupan Sehari-hari Nelayan: Antara Laut dan Harapan

3 November 2024   07:56 Diperbarui: 3 November 2024   07:59 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pesisir sebuah desa kecil yang terletak di tepi laut, hidup sekelompok nelayan yang menjalani kehidupan penuh tantangan dan keindahan. Mereka adalah pahlawan yang tak terlihat, berjuang setiap hari untuk mencari nafkah dari lautan yang memberikan kehidupan, tetapi juga bisa menjadi sumber bahaya. Artikel ini akan mengangkat kisah inspiratif seorang nelayan bernama Budi, yang mewakili banyak nelayan lainnya di seluruh Indonesia.

Awal Mula Kehidupan di Laut

Budi, seorang nelayan berusia 45 tahun, telah menghabiskan hampir seluruh hidupnya di laut. Sejak kecil, ia belajar menjala ikan bersama ayahnya. "Laut adalah rumah kedua saya," ujarnya dengan senyum hangat. "Saya merasa damai saat berada di atas perahu, mendengarkan suara ombak dan melihat matahari terbit."

Setiap pagi, sebelum fajar menyingsing, Budi dan rekan-rekannya sudah bersiap-siap di pelabuhan. Mereka memeriksa perahu dan alat tangkap mereka, bersiap untuk melaut. Dengan semangat dan harapan, mereka berlayar ke tengah laut, berharap mendapatkan ikan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Tantangan yang Dihadapi

Namun, kehidupan sebagai nelayan tidaklah mudah. Cuaca yang tidak menentu, ombak besar, dan risiko kecelakaan menjadi bagian dari rutinitas mereka. "Ada kalanya kami harus berhadapan dengan badai," kata Budi. "Itu adalah saat-saat paling menakutkan dalam hidup saya."

Selain itu, penurunan jumlah ikan akibat perubahan iklim dan eksploitasi sumber daya laut juga menjadi tantangan tersendiri. Budi mengungkapkan kekhawatirannya tentang masa depan laut yang semakin tercemar. "Kami harus menjaga laut agar tetap bersih dan sehat, bukan hanya untuk kami, tetapi juga untuk generasi mendatang," tuturnya.

Kebersamaan dan Solidaritas

Meskipun menghadapi berbagai kesulitan, kehidupan nelayan di desa ini dipenuhi dengan kebersamaan dan solidaritas. Setiap malam, setelah pulang dari melaut, mereka berkumpul di warung kopi untuk berbagi cerita dan pengalaman. "Kami saling mendukung satu sama lain," kata Budi. "Jika salah satu dari kami mengalami kesulitan, kami akan membantu."

Kegiatan ini bukan hanya sekadar berbagi cerita, tetapi juga menjadi ajang untuk merencanakan strategi dalam menghadapi tantangan yang ada. Mereka berbagi informasi tentang lokasi ikan, cuaca, dan teknik memancing yang lebih efisien.

Harapan untuk Masa Depan

Budi memiliki harapan besar untuk masa depan anak-anaknya. Ia ingin agar mereka mendapatkan pendidikan yang lebih baik agar dapat memiliki pilihan yang lebih luas dalam hidup. "Saya ingin anak-anak saya bisa memilih jalan hidup mereka sendiri, apakah itu di laut atau di darat," ujarnya dengan penuh harapan.

Untuk itu, Budi dan para nelayan lainnya mulai berinisiatif untuk mengajarkan keterampilan baru kepada anak-anak di desa mereka. Mereka mengadakan kelas memancing dan pelatihan tentang cara menjaga kelestarian laut. "Kami ingin anak-anak kami mencintai laut seperti kami, tetapi juga memahami pentingnya menjaga lingkungan," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun