Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki penduduk dengan karakteristik yang sangat beragam apabila ditinjau dari suku, ras, agama, budaya dan bahasa. Keragaman ini bukan untuk dipertentangkan dan tidak perlu membuat masing-masing harus sama. Namun, bagaimana kita bisa mengelola supaya bisa hidup rukun dan saling berdampingan dalam sebuah harmoni dan damai.
Keragaman yang menjadi salah satu daya tarik Indonesia akan menjadi potensi ancaman apabila tidak dikelola dengan baik. Beberapa sikap intoleran, radikal dan kekerasan yang menyebabkan konflik sosial, dominasi dan diskriminasi mayoritas. Hal hal seperti ini dapat mengotori damainya NKRI.
Tokoh-tokoh pahlawan Indonesia jaman dulu sudah mengetahui bahwa kedepan negara ini akan menghadapi potensi ancaman karena keragaman penduduknya ini. Oleh karena itu, para tokoh negarawan jaman dulu merumuskan lambang dan semboyan bangsa dengan mempertimbangkan hal ini. Dalam Pancasila selalu menekankan persatuan dan keadilan terhadap semua penduduknya, ditambah lagi semboyan bangsa yang terukir juga di lambang negara yaitu "Bhineka Tunggal Ika".
Frasa bhineka tunggal ika ini berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya "walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Para tokoh mengambil semboyan ini karena mempunyai harapan besar bahwa para generasi penerus nantinya tetap memegang teguh prinsip bahwa kita adalah satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air Indonesia seperti tertuang dalam isi Sumpah Pemuda.
Konsep keragaman dan kebhinekaan ini perlu dikenalkan kepada peserta didik agar terbiasa hidup dalam masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman suku bangsa dan budaya. Komitmen KEMENDIKBUD RISTEK terkait program pencegahan tiga dosa besar pendidikan kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi adalah dengan menanamkan dan mengenalkan nilai kebhinekaan dari lingkungan sekolah.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, Selasa (25/4/2023), menjelaskan, kebhinekaan tidak akan tumbuh jika tidak ada rasa saling percaya. Hal ini dapat terbangun karena adanya hubungan atau relasi. Pembelajaran kebhinekaan di sekolah identik dengan pembelajaran multikulturalisme yaitu praktik pendidikan yang mengakui menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia baik secara gender, ras, suku, etnis, kelas/golongan sosial.
Proses implementasi kebhinekaan bisa melalui beberapa cara:
Pembentukan anggota kelompok belajar siswa lintas sektoral/kultur;
Memberikan kesempatan yang setara pada peserta didik dari berbagai etnis, ras, suku untuk ikut berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran dengan mengurangi rasa ketakutan;
Memberlakukan aturan kelas yang diputuskan melalui diskusi bersama dan berlaku untuk semua tanpa merugikan salah satu sektor/kultur.
Peran guru juga sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran kebhinekaan. Berikut ini implementasi model pembelajaran kebhinekaan di sekolah yang dilakukan oleh guru: