“ Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.”
“ Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.”
“Masa Lalu. Rasa sakit. Masa Depan. Mimpi – mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan.”
Sinopsis Buku
Terlihat dari cover buku yang sangat romantis dengan gambar koper yang menggenang di air, awalnya saya langsung tertuju bahwa ini adalah novel yang menyajikan kisah romansa seperti remaja pada umumnya. Namun, ternyata buku “Tentang Kamu” menyajikan yang lebih dari Itu. Buku ini adalah novel yang didalamnya tidak hanya terdapat cerita romantis, namun juga petualangan, perjuangan, dan penerimaan hidup.
Kisah dimulai dengan seorang pemuda yang berasal dari Indonesia yang melanjutkan studi Magister Hukum di Universitas Oxford di London. Ia bernama Zaman Zulkarnaen. Ia kemudian meniti karirnya dengan magang disebuah firma hukum Thompson & Co menjadi junior associate. Thompson & Co adalah firma hukum yang menangani penyelesaian harta warisan dalam bidang Elder Law , yang mana firma hukum ini melindungi secara hukum bagi orang tua dan hartanya. Hingga satu tahun kemudian, Zaman diutus untuk menangani sebuah kasus penting yaitu menyelesaikan harta warisan seorang wanita tua, berusia tujuh puluh tahun yang meninggal di panti jompo. Wanita tua tersebut merupakan pemilik sah 1% surat saham di perusahaan besar, harta warisan dari kepemilikan saham tersebut senilai dengan satu miliar pound sterling atau setara dengan 19 triliun rupiah. Wanita tua ini bernama Sri Ningsih, Ia berasal dari Indonesia. Sebab dari negara asal yang sama, kasus ini diserahkan kepada Zaman karena dapat menelusuri kehidupan masa lalunya dan mencari ahli waris yang mungkin masih hidup dengan mudah. Zaman mulai menjalankan tugasnya dengan menelusuri tempat tinggal terakhir Sri Ningsih yaitu panti Jompo. Zaman menemukan sebuah buku diary yang merupakan kunci petunjuk satu-satunya atas riwayat hidup Sri Ningsih. Dari buku diary tersebut, ia mendapatkan petunjuk dan melanjutkan penyelidikan selanjutnya di Pulau Bungin, pulau yang terletak di kabupaten Sumbawa. Disinilah tempat Sri Ningsih dilahirkan dan merupakan awal kisah dari lika – liku hidupnya. Di dalam kisah ini Sri Ningsih digambarkan sebagai sosok wanita yang tak pernah mengeluh atas hidupnya. Seorang wanita yang memiliki ketegaran hati yang sangat luar biasa, Ia menghadapi segala badai kehidupan yang menimpanya tanpa pernah mempertanyakan “mengapa harus aku”, tanpa pernah menyalahkan Tuhan atas segala cobaan yang menerpanya. Tak perlu dirisaukan lagi, betapa kuat pundaknya menopang beban hidupnya, ia yang ditinggalkan, mendapatkan kekerasan, dikhianati, hingga ditipu.
Zaman berusaha untuk menemukan ahli waris dengan menangani kasus ini seadil-adilnya. Apabila zaman gagal maka harta warisan tersebut akan jatuh di Bona Vanantia, tempat untuk harta yang tak bertuan. Untuk itu Ia berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya. Dari satu informan ke informan lainnya, dari satu kota ke kota lainnya. Sumbawa, Jakarta, Surakarta, Perancis, dan seluruh tempat Sri Ningsih menghabiskan waktu hidupnya. Lantas berhasilkah Zaman menemukan ahli waris yang sah dari harta warisan tersebut, atau harta tersebut berakhir di Bona Vanantia? Bagaimana perjalana zaman hingga bisa menemukan ahli waris yang sah, adakah kendala yang amat rumit untuk ditemukan? Temukan jawabannya dalam novel best seller “ Tentang Kamu”
Keunggulan
Dalam segi penokohan, novel ini menyajikan dua tokoh utama sekaligus. Novel ini memberikan gambaran dua tokoh yang sangat inspiratif yang mana dari ceritanya terdapat amanat dan dapat dijadikan role model dalam menjalani kehidupan di era sekarang yang membutuhkan mental yang kuat. Dan untuk pemeran antagonis yang dimunculkan dalam konflik memberikan sentuhan rasa yang mengaduk – aduk hati para pembaca, sehingga pembaca seakan – akan merasakan langsung penderitaan yang dirasakan oleh tokoh utama wanita ( Sri Ningsih ). Selain itu, tokoh figuran disini melengkapi tokoh utama sehingga menjadikan novel ini paket komplit.
Dari segi bahasa, penulis memilih diksi yang indah dan juga mudah dipahami. Walaupun di novel ini ada beberapa dialektika dengan bahasa daerah setempat, namun bahasa ini masih tergolong mudah untuk memahaminya. Dialektika ini membuat suasana novel menjadi lebih hidup.
Ditinjau dari segi latar tempat atau setting yang digunakan Tere Liye sangat mendetail. Deskripsi mengenai suatu tempat yang detail ditambah dengan bahasa yang efektif dapat mengajak pembaca ikut terbawa ke dalam cerita dan merasakan seolah – olah berada di tempat tersebut secara nyata.
