Mohon tunggu...
Nurifda Ramadayanti
Nurifda Ramadayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Internalisasi Nilai Kebudayaan Sunda Dalam Program Rebo Nyunda Di Kota Bogor Dalam Perspektif Raymond Williams

10 Juni 2024   22:38 Diperbarui: 10 Juni 2024   22:48 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modernisasi merupakan satu proses di dalam peradaban manusia yang berkembang terus menerus dalam masyarakat. Perkembangan pemikiran manusia di bidang ilmu pengetahuan membuat laju modernisasi semakin cepat. Adanya globalisasi tidak hanya menimbulkan modernisasi peradaban manusia, melainkan juga menciptakan permasalahan yang harus diselesaikan. Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dari kemajuan di bidang inilah sektor-sektor lain dalam kehidupan pun terpengaruhi. Salah satunya adalah sektor budaya lokal yang mulai tergantikan dengan budaya luar. Pengaruh dari budaya luar ini dikarenakan dalam globalisasi terjadi interaksi antar masyarakat dunia secara luas.

Arus modernisasi yang semakin kuat menjadi rentan masuknya budaya asing baik di perkotaan hingga ke wilayah pedesaan. Beberapa budaya asing yang masuk ialah gaya berpakaian, gaya berbicara, hingga mengubah karakteristik jati diri bangsa. Tidak sedikit kalangan siswa baik dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas yang mulai meninggalkan budaya lokal dan lebih memilih berbudaya asing.

Berdasarkan data yang diambil dari E-Book Indeks Pembangunan Kebudayaan 2021, capaian IPK Provinsi Jawa Barat tahun 2021 sebesar 50,78. Nilai ini turun sebesar 1,27 poin dari tahun 2020 dan masih berada di bawah nilai nasional. Analisis dimensi Provinsi Jawa Barat terlihat bahwa dimensi yang masih sangat lemah adalah Dimensi Ekonomi Budaya dan Ekspresi Budaya dengan nilai indeks masing-masing 24,38 dan 21,79 poin. Indeks Pembangunan Kebudayaan yang disebut sebagai IPK, menjadi instrumen dalam mengukur kinerja pembangunan kebudayaan. Tahun 2021 masih menjadi tahun yang berat dalam proses capaian target IPK dikarenakan Pandemi Covid-19 masih berlanjut, bahkan gelombang tertinggi yang memakan banyak korban terjadi pada tahun itu. Banyak aspek yang terdampak akibat pandemi, tak terkecuali aspek kebudayaan. Hal ini terlihat pada capaian IPK yang terkoreksi selama pandemi, turun menjadi 54,65 pada tahun 2020 dan turun kembali menjadi 51,90 pada tahun 2021.

Munculnya modernisasi  serta pandemi ini menciptakan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan lokal. Modernisasi memudarkan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa. Maka pada titik inilah perasaan gundah dari para pecinta kebudayaan lokal tersebut muncul. Masih ada pemerintah daerah yang peduli pada upaya pelestarian kebudayaan lokal.  Agar perubahan-perubahan tersebut tidak berdampak kepada kemunduran, suatu masyarakat harus memiliki perencanaan pembangunan. Pembangunan di sini adalah pembangunan sosial yang tertuju kepada manusianya itu sendiri. Di mana pembangunan ini adalah pembangunan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hal-hal yang dianggap benar dan baik. Salah satu pembangunan yang akan dipaparkan dalam penelitian ini adalah seputar program kebijakan Walikota Bogor dalam upaya menginternalisasikan nilai-nilai budaya sunda melalui kebijakan "Rebo Nyunda". Dalam bidang pendidikan, penanaman nilai-nilai budaya Sunda, khususnya pada pelajar menjadi suatu keharusan sebab mereka berada pada proses pendidikan. Selain itu, sekolah sebagai lingkungan pendidikan merupakan sarana pewarisan nilai-nilai budaya yang memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian nilai-nilai budaya suatu daerah. Oleh sebab itu, program Rebo Nyunda perlu disosialisasikan pada pelajar khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat. 

Program Gerakan hari Rabu sebagai hari budaya di Kota Bogor terus digencarkan sebelumnya program hari kebudayaan ini telah sukses terealisasi dikalangan pegawai pemerintah. Dalam kebijakan ini pemakaian seragam kebaya dan pangsi ini dimulai pada bulan November tahun 2014 dengan kata lain kebijakan ini telah berlangsung selama Sembilan tahun. Pemakaian seragam kebaya dan pangsi ini ingin menciptakan siswa yang memiliki karakter Sunda tanpa harus meninggalkan nilai modern. Pemakaian pakaian adat Sunda yang serempak ini bukan hanya di kalangan siswa saja tapi juga akan terlihat di kalangan para tenaga pendidik maupun kependidikannya, namun apakah hal ini yaitu pemakaian seragam kebaya dan pangsi dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap tujuan pemerintah daerah purwakarta yang menginginkan adanya ruh Sunda dalam diri siswa.

Kebudayaan sunda merupakan salah satu budaya tertua yang berada di Indonesia. Penerapan program Rebo Nyunda adalah bagian dari internalisasi budaya yakni sebagai proses menjadikan nilai dalam diri manusia. Proses internalisasi sendiri tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat melainkan butuh waktu dan usaha. Dalam hal ini, bisa dilihat permasalahan tersebut melalui perspektif milik Raymond Williams. Ia merupakan Raymond Williams, seorang sosiolog dan kritikus budaya, memahami budaya sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur, seperti nilai, norma, dan simbol. Dalam hal ini, nilai kebudayaan Sunda dapat dilihat sebagai bagian dari sistem budaya yang lebih luas, yang terdiri dari berbagai unsur seperti bahasa, pakaian, dan tradisi. Williams juga memahami simbolisme sebagai bagian dari budaya, di mana simbol-simbol dapat digunakan untuk mewakili nilai-nilai dan ideologi. Dalam program Rebo Nyunda, pakaian adat Sunda seperti kebaya dan pangsi dapat dilihat sebagai simbol-simbol yang mewakili nilai-nilai budaya Sunda. Dengan menggunakan pakaian adat ini, siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai budaya Sunda dan mengembangkan kesadaran budaya yang lebih dalam. 

Dalam analisis ini, teori Williams digunakan untuk memahami bagaimana nilai-nilai budaya Sunda dipengaruhi oleh arus globalisasi dan modernisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa masih sangat terpengaruh oleh arus globalisasi, sehingga mereka memiliki kesulitan untuk menginternalisasi nilai-nilai budaya Sunda. Faktor penghambat internalisasi nilai tersebut adalah kesadaran siswa sendiri, kurangnya pengetahuan, teman sebaya yang sering mengolok-olok, dan lingkungan di luar sekolah. perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai budaya Sunda, menciptakan lingkungan yang mendukung internalisasi nilai-nilai budaya Sunda, serta untuk menjaga tetap lestarinya budaya Sunda.

Daftar Pustaka

Barker, Chris. Cultural Studies: Teori & Praktik. Translated by Nurhadi, Kreasi Wacana, 2004. Accessed 10 June 2024.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. INDEKS PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN TAHUN 2021. https://ipk.kemdikbud.go.id/assets/pdf/E-book%20IPK%202021.pdf.

Williams, Raymond. The Sociology of Culture. New York, Schocken Books, 1983.

Dienaputra, R. D. Kebudayaan Sunda: Antara mitos dan Realitas Bandung:Universitas Padjajaran. (2003)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun