Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Presiden Gratis

4 Januari 2025   18:37 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:37 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kok?"

"Belum ada indo*** saat itu, tetapi aku njajan apa pun GRATIS. TIS." Slamet berkacak pinggang, senyum licik terkulum di bibirnya. Saya mencium tanda-tanda jahanam ini.

"Kok bisa begitu?" Dahi Maki berkerut, alisnya tertumpuk di tengah dahi.

"Mau tahu? " Senyum Slamet mengembang. Ia seperti menertawakan keheranan kami.

"Iyalah, jangan menghalu kamu, Met!" Saya muak melihat senyumnya.

Slamet tertawa, bahunya berguncang-guncang saking gelinya, matanya pun  sampai tinggal segaris.

"Aku masih sekolah SMP saat itu.  Semuanya  GRATIS,  'kan yang membayar  bapakku."

SEMPRUL !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun