"Jadi seminggu ini Hasyem bolos ya. Ngapain di rumah?"
"Ya main hape Bu Guru, sampai  malam, sampai kesiangan  bangunnya. Sampai bosan Bu, yang membangunkan . Sampai sama ayahnya mau dihajar. Sampai tidak saya beri uang jajan. Sampai mau dirukyah sama guru ngajinya ," cerocos ibunya.
 "Maaf Ibu, apa Ibu pernah bertanya kepada Hasyem, bagaimana pelajaran di sekolah? Bagaimana guru-gurunya? "
Kedua mata ibunya memicing. Perempuan yang memakai kaos lengan pendek tapi berkerudung itu menggeleng. "Tidak sempat Bu Guru, saya sibuk mencari tambahan buat belanja. Jika tidak menggoreng keripik, saya kerja apa saja yang penting halal. Lha bapaknya anak-anak itu kerja siang malam lembur-lembur tapi ya dapatnya segitu-gitu saja."
Lo kok jadi curhat, tapi saya merasa menemukan jawaban atas persoalan ini.
Hasyem bukanlah satu-satunya anak yang mengalami masalah ini.  Banyak anak di luar sana mengalami hal sama, yaitu kurangnya  social support  dari orang tua.
Apa itu social support?
Lingkungan pendidikan pertama seorang anak adalah orang tua. Ayah  dan Ibu mempunyai kewajiban mendidik serta memenuhi kebutuhan serta memberikan dukungan kepada anaknya untuk meraih cita-cita. Dukungan inilah yang disebut sosial support.
Sosial support ini mencakup berbagai aspek, mulai dari dukungan emosonal sampai dukungan praktis dalam belajar. Dan ini tidak bisa diremehkan.
Mengapa sosial support itu penting?
Beberapa alasan pentingnya sosial support dari orang tua terhadap pendidikan anak adalah :