Setelah menjelaskan tanda-tanda kiamat, Pak Aswaja membuka sesi tanya jawab. Dimas yang duduk di bangku paling belakang mengacungkan tangan. Ia bertanya apakah kemenangan Palestina akan membuat dunia lebih cepat kiamat? Pak Aswaja menjawab, bahwa kiamat memang sudah dekat seperti yang disabdakan Rasylullah seribu empat ratus tahun yang lalu. "Jarak antara aku dengan datangnya hari kiamat adalah bagaikan dua jari ini." Beliau pun berisyarat denga jari tengah dan jari telunjuknya." (HR Bukhari np. 6504 dan Muslim no. 2951). "Segeralah nertaubat. Kiamat sudah dekat." Pak Aswaja mengakhiri pelajaran dengan pesan yang menohok.
Bagaimana pun kami yang berseragam biru putih ini masih belum mempunyai persiapan. Dimas yang hobinya tidur itu selalu ketinggalan sholat subuh. Aku pun belum bisa sholat lima waktu dengan tertib. Padahal tak ada kesibukan di rumah, tetapi subuhku sering kesiangan, dhuhurku kadang kesorean, asarku menjelang  magrib, Puasaku belum genap, ngaji pun masih iqro' dua. Maka aku memasang alarm agar bisa bangun subuh. Ternyata sholat subuh itu berat sekali. alarm nyaring berbunyi, aku terbangun, tanganku otomatis mematikan alarm lalu merem lagi.
Borneo, teman sebangkuku, yang sudah berhasil melaksanakan sholat lima waktu dengan baik dan benar manggut-manggut mendengar ceritaku yang lagi-lagi gagal melaksanakan sholat Subuh. "Pasti nawaitu mu yang salah. Telingamu dikencingi setan itu." Â "Terus gimana dong, Bor?". Temanku itu menepuk pundakku. "Tenang kawan, pas hari kiamat nanti sekolah libur, Pak Aswaja juga tidak masuk." Ia menunjuk dua jari, berlalu meninggalkanku dalam kebingungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI