Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menolak Tua, Jadilah Guru

24 Juni 2024   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2024   06:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Paradigma itulah yang dijalankan di sekolah ini. Dengan visi "Sekolah sak ngajine"  kami berusaha menjadikan siswa yang unggul dalam prestasi dan beraklak mulia. Kami tidak pernah berniat mencetak uang sebanyak-banyaknya dengan menggaet murid hingga mencapai ratusan. Karena murid yang jumlahnya kebanyakan tidak bisa dikenal secara maksimal.

Saya pernah mengajar di beberapa sekolah, namun paling lama bertahan di sekolah ini.  Saya merasakan suasana yang berbeda saat mengajar di sekolah ini. Saya bisa mengajar dengan bebas, tanpa tekanan , tanpa memakai topeng, berpura-pura halus untuk menjilat orang tua murid. Bagi saya, kebebasan adalah hal yang tak ternilai. Tidak semua sekolah bisa memberikan privilese ini.

Tidak hanya saya yang kerasan di sekolah ini, beberapa teman merasakan hal yang sama.  Tidak ada teman guru yang PNS di sekolah ini. Toh hampir semuanya  "melemu bersama", mematahkan pendapat yang mengatakan "Jadi guru pasti miskin sampai mati, apalagi bukan PNS."

Gaji saya sampai saat ini masih jauh di bawah UMR, saya juga tidak mendapat sertifikasi. Tetapi saya bangga tidak punya cicilan hanya demi sebuah pengakuan. Hutang sedikit-sedikit sih ada tapi tidak sampai mencekik leher. Ya hitung-hitung untuk menambah semangat bekerja.

Sampai menjelang pensiun ini, saya sudah mempunyai rumah sendiri, sudah berhenti menjadi kontraktor. Kendaraan ada,  meski harus sering jalan-jalan ke bengkel.  Untuk makan sehari-hari Alhamdulillah bisa empat sehat lima nambah lemak. Naik haji pun tinggal menunggu panggilan.

Menjadi guru bisa jadi adalah anugerah bagi saya. Saya tidak pernah mempunyai cita-cita selain menjadi guru. Dulu, semasa SMA hanya saya seorang yang mengacungkan tangan ketika Bu Guru BK bertanya, siapa yang ingin menjadi guru.

Menjadi guru membuat saya tidak pernah "tua". Selalu ada hal baru yang saya pelajari di balik mata- mata indah yang bisa tertawa dan bahagia karena hal sederhana. Melihat mata mereka saya bisa melihat dunia.

Malang, 23062024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun