Pagi 21 Menit: masih adakah harapan dan masa depan itu?
Karya sastra terus bermunculan, tanpa dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Salah satunya ialah pementasan virtual “Pagi 21 Menit” yang diproduksi oleh Kala Teater Makassar. Nurul Inayah sebagai seorang sutradara. Pembuat naskah dan dramaturg oleh Shinta Febriany.
Berawal dari informasi yang diunggah oleh akun instagram milik @kalateater. Unggahan poster pementasan virtual “Pagi 21 Menit” mendapat sorotan dari beberapa tokoh terkenal seperti Aan Mansyur dan Rudolf Puspa yang kerap disapa Om Rudolf, beliau merupakan salah satu pendiri teater.
Bagi banyak orang, itu pasti merupakan suatu apresiasi yang besar oleh mereka untuk Kala Teater, karena dapat menyuguhkan pementasan kedua setelah sukses menggarap pementasan berjudul “Di Balik Sinar Suram”.
Tak menyangka, ternyata judul “Pagi 21 Menit” benar adanya. Begitulah, durasi pementasan virtual kala teater ini memang hanya selama 21 menit.
Walaupun demikian, 21 menit ini sangat berharga untuk memberitahu kepada para penonton, bahwa harapan dan masa depan dapat digapai jika berusaha sungguh-sungguh.
Diksi ‘Pagi’ menghadirkan banyak makna tersirat. Menurut KBBI pagi berarti ‘bagian awal dari hari’. Saat pagi hari pun harapan dan mimpi-mimpi bermunculan. Ada yang berkata “waktu pagi mu menentukan satu hari penuh atas dirimu. Jadi, jika pagi hari sudah bermalas-malasan, ya begitu pula gambaran untuk 24 jam ke depan.
Namun sebaliknya. Jika pagi dijadikan awal permulaan orang bermimpi dan mengejar harap, maka hari-harinya akan penuh dengan semangat dan gairah.
Pertunjukan yang disuguhkan oleh Kala Teater, asal Makassar. Mengundang banyak tanya. Bagaimana tidak? Pertunjukan ini dibuka dan ditutup oleh alunan nada yang berbunyi
Mungkin aku adalah anjing
Yang dikisahkan agamamu