Bahasa merupakan alat komunikasi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk  dalam sebuah hubungan ( relationship) yang dikenal dengan bahasa cinta atau love language. Bahasa cinta ini sudah dibahas sejak tahun 2013 dan akhir akhir ini mulai sering dibahas lagi di beberapa platform.  Tulisan ini muncul karena ada sebuah pepatah yang lewat di beranda penulis yang berbunyi :Â
"Someone can love you desperately with their feelings and still not know how to love you correctly with their actions".
Ungkapan tersebut menggambarkan fenomena yang dialami banyak orang dalam hubungan percintaan mereka. Mereka mencintai pasangannya dengan segenap perasaannya, tapi tidak tahu bagaimana cara menunjukkan perasaan tersebut  melalui tindakannya. Sehingga sinyal sinyal yang mewakili perasaan cinta dalam hubungan tersebut tidak tersampaikan dengan baik. Ibarat internet tanpa sinyal maka tidak akan terkoneksi dengan jaringan yang dituju alias mati internetnya. Misalnya seorang istri suka sekali diberi hadiah sedangkan suaminya menganggap hadiah tidak penting sehingga dia tidak pernah memberikan hadiah untuk istrinya. Atau sebaliknya, seorang suami suka sekali dipuji tapi istrinya menganggap itu tidak penting sehingga tidak pernah memuji suaminya. Hal itu bisa membuat pasangan merasa tidak dihargai atau dicintai. Kondisi seperti ini yang jika dibiarkan akan mematikan sinyal sinyal cinta dari kedua belah pihak karena bahasa nya tidak ketemu alias tidak nyambung. Ibarat coding, jika  bahasa pemrograman yang dipakai berbeda, keliru atau tidak pas, maka  tidak bisa menjalankan instruksi dengan benar dan menimbulkan error code.Â
Disinilah diperlukan penyambung sinyal atau jembatan  yang disebut  love language tadi  dengan beberapa  fungsinya yang bermanfaat, diantaranya :
1. meningkatkan komunikasi, Â
2. meningkatkan pemahaman satu sama lain,Â
3. Meningkatkan kedekatan/kemesraan,Â
4. meningkatkan  kepuasanÂ
5. mengurangi konflik.
Teori bahasa cinta ini berdasarkan  fakta di lapangan yang menunjukkan nasalah yng muncul dalam sebuah hubungan sering  disebabkan karena mereka tidak memahami bahasa cinta pasangannya atau mereka menggunakan bahasa cinta yang berbeda. Jika dibiarkan,  komunikasi dalam hubungan tersebut akan mengalami hambatan yang nantinya bisa menurunkan bahkan merusak kualitas hubungan tersebut.
Menurut Chapman, pencetus love language,   pasangan akan merasakan kepuasan yang lebih besar dan merasa lebih bahagia  jika mereka  menggunakan bahasa cinta  sesuai yang diinginkan  oleh pasangannya. Penggunaan bahasa cinta yang dibutuhkan oleh pasangan bisa memberikan dampak yang besar terhadap kualitas hubungan.
Apa saja sih behasa cinta tersebut?
Dr.Chapman menyebut 5 bahasa cinta :
1.Words of affirmation / kata kata/pujian
Ditunjukkan dengan cara memberikan pujian, dorongan semangat, empati
2.Quality Time ( waktu yang berkualitas)
Ditunjukkan dengan cara menghabiskan waktu bersama, memberikan perhatian, mengobrol,
3.Receiving gifts ( Â hadiah)
Ditunjukkan dengan cara memberikan hadiah
4.Acts of service ( Â pelayanan)
Ditunjukkan dengan cara memberikan pelayanan ( melakukan hal hal yang disukai pasangan seperti membantu pekerjaan rumah, melakukan sesuatu yang dibutuhkan, dan sebagainya).
5.Physical  Touch (sentuhan fisik)
Ditunjukkan dengan cara memberikan sentuhan fisik seperti bergandengan tangan, berpelukan, memberikan pijatan dan sebagainya.
Menurut Chapman bahasa cinta tiap orang sama, yang berbeda itu preferensinya atau bahasa cinta utama nya. Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai bahasa komunikasi jenis ini untuk membuat pasangan merasa dicintai, dihargai dan diperhatikan. Ini semacam validasi perasaan yang ditunjukkan pasangan dalam bentuk tindakan.
Bagaimana cara mengetahui bahasa cinta  kita? Gunakan pertanyaan di berikut jni untuk mengidentifikasi jenis bahasa cinta kita yang harus diketahui oleh pasangan.
1.Bahasa cinta yang mana yang saya inginkan dari pasangan saya?
2.Bahasa cinta yang mana yang sangat ingin saya betikan untuk pasangan saya?
3.Tindakan  yang mana yang jika tidak dilakukan pasangan akan  melukai hati  saya?
4.Apakah bahasa cinta tersebut berhasil membuat saya merasa dicintai?
5.Bahasa cinta yang mana yang sangat saya inginkan dari orang tua saya?
Seperti teori bahasa yang lain, ada yang mendukung ada yang tidak, bahkan beberapa menyebut teori tersebut tidak berdasarkan bukti empiris. Tapi secara fakta di lapangan membuktikan banyak yang terbantu setelah menerapkan bahasa cinta tersebut. Jadi tidak ada salahnya kita mencoba untuk meningkatkan kualitas hubungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI