Mohon tunggu...
Siti Nur Hasanah
Siti Nur Hasanah Mohon Tunggu... Administrasi - Guru/PNS

Istri/Ibu/Guru yang senantiasa melangitkan doa yg terbaik. Silahkan follow blog saya: http://nurhasanahsmpn5.blogspot.com/ twitter: @SitiNHS / Facebook: Siti Nur Hasanah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dahsyatnya Doa Ibu

21 November 2014   06:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:15 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Gambar: www.dakwatuna.com



#MazayaBerbagi

Ibu adalah wanita yang melahirkan kita. Ibu adalah orang tua yang paling diutamakan di samping Ayah. Seorang Ibu Sejati adalah orang yang dimuliakan oleh Allah Swt. Hal tersebut sesuai firman-Nya dalam Surat Luqman: 14 “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Di ayat 14 tidak menyebutkan jasa bapak, tetapi lebih menekankan jasa ibu. Ini disebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu berbeda dengan bapak. Di sisi lain, “peranan bapak” dalam konteks kelahiran anak lebih ringan dibanding dengan peranan ibu. Setelah pembuahan, semua proses kelahiran anak dipikul sendirian oleh ibu. Bukan hanya sampai masa kelahirannya, tetapi berlanjut dengan penyusuan, bahkan lebih dari itu. Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan membantu ibu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat, tetapi ini tidak langsung menyentuh anak, berbeda dengan peranan ibu. (https://plus.google.com/s/surat%20luqman%2014 )

Dalam Hadits Nabi pun disebutkan bahwa posisi kedua orang tua sebagai berikut: # KE-RIDHA-AN Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua, terutama Ibu. (HR. Al Hakim)

Dari Abu Hurairahradhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata,“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'”(HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548) (http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/ibumu-kemudian-ibumu-kemudian-ibumu.html )

Surga di telapak kaki Ibu. Itulah hadist Nabi Muhammad. Jika kau mendurhakai Ibumu, kelak di akhirat mendapat siksa. Dijelaskan pula bahwa Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab Baginda,'' Ibu lebih penyayang daripada Bapak  dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia''.

Berdasarkan penjelasan di atas, aku punya pengalaman pribadi yang luar biasa. Pada akhir Tahun Pelajaran 2013-2014, aku sempat cemas lantaran kedua anakku yang laki-laki akan memasuki sekolah lanjutan atas dan ke perguruan tinggi. Saat itu aku sempat galau. Dan itu terluapkan dalam catatan harianku yang berjudul “Kenyataan yang Harus Aku Hadapi” (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/06/24/kenyataan-yang-harus-aku-hadapi-660515.html )

Untuk anakku yang ketiga karena sejak awal menurut apa yang aku katakan, meski nilai NEMnya tidak terlalu tinggi, dia dengan lancar bisa masuk di SMA Negeri 1 Manyar-Gresik. Aku lihat dari nilai NEM yang diperolehnya, dia aku sarankan masuk di SMA Negeri 1 Manyar dan menurut. Sedangkan untuk anak kedua, sejak awal aku sarankan untuk memantapkan keinginannya memilih jurusan yang diinginkan di ITS. Dengan segala pertimbangan, dia aku sarankan masuk ITS saja sesuai keinginannya juga. Tapi apa yang terjadi?

Saat pendaftaran jalur undangan tiba, dia tiba-tiba berubah pikiran. Dia tidak lagi mengikuti kata hatinya dan tidak mengindahkan saranku. Dia menjadi was-was karena menurut guru BKnya kalau di ITS dia berada pada urutan kelima setelah diperingkat sesuai nilai untuk jurusan yang diinginkan dan ada kemungkinan tidak diterima. Tapi kalau di Universitas Brawijaya Malang berada diurutan pertama. Maka dia akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran guru BKnya. Di jalur undangan dia memilih masuk Universitas Brawijaya Malang. Padahal sejak awal dia menginjak di kelas XII, doaku untuknya bisa masuk ITS sesuai cita-citanya juga sesuai keinginanku agar tidak jauh-jauh.

Setelah jalur undangan diumumkan, ternyata anakku benar-benar tidak diterima. Itu membuatku benar-benar sedih meski tidak aku tampakkan di depan anakku. Begitu pun dengan dia. Menurut wali kelasnya dia sempat menangis setelah ditanya siapa yang tidak menurut dan mengikuti saran ibunya. Mendengar cerita wali kelasnya, aku menjadi sangat trenyuh, namun demikian tak pernah aku tampakkan di depan anakku. Aku juga tidak konfirmasi ke anakku tentang cerita wali kelasnya. Aku yakin dia pun merasakan hal yang lebih dari apa yang aku rasakan saat itu.

Sampai suatu malam, dia menghampiriku dan berkata: “Ibu, maafkan aku tidak mengindahkan apa yang Ibu sarankan kepadaku. Nanti saat pendaftaran On Line untuk SBM dimulai, kita akan melakukan pendaftaran bersama-sama. Aku akan mengikuti semua saran Ibu. Seperti waktu masuk SMAN dulu.” katanya dengan wajah yang agak muram.

Aku menjadi semakin terharu karena sebenarnya anakku yang kedua ini anak yang penurut dan pandai menyenangkan hati Ibunya sejak kecil.

Kemudian aku berusaha membesarkan hatinya sambil mengingat masa-masa dia lulus dari bangku SMP dulu. Saat itu kelulusan tahun pelajaran 2010-2011 rawan dengan kebocoran soal Unas. Tapi aku bangga dengan anakku yang tetap berpegang pada kejujuran. Meski dia lulus dengan NEM (35,75), aku tetap bangga dan memotivasinya untuk tetap maju dengan keinginannya masuk ke SMAN 1 Gresik, yang waktu itu menjadi sekolah paling Faforit di Gresik, yang juga merupakan sekolah RSBI. Meski tesnya menggunakan seleksi nilai rapor semester 1 s.d. 5, TPA, TOEFL, dan Psikotest, Alhamdulillah ... berkat ketekunanku mendoakannya, dia dapat diterima bersama ketiga temannya yang dari kelas unggulan. Sementara anakku satu-satunya siswa reguler dari SMPN 1 Manyar yang diterima di SMAN ! Gresik.

Setelah pendaftaran jalur SBM tiba, kami benar-benar melakukan pendaftaran bersama-sama. Anakku memilih jurusan Sistem Informasi di ITS. Jurusan tersebut dan perguruan tinggi ITS sudah selalu aku sebut dalam doaku sejak awal. Namun demikian, sebagai manusia biasa aku sempat was-was. Mengingat saat jalur undangan yang pesaingnya terbatas tidak masuk. La .. SBM ini pesaingnya se-Indonesia. Hiks ...

Dari rasa sedikit was-was ini, kemudian anakku sempat aku daftarkan ke Universitas Surabaya (Ubaya) karena saat pengumuman SBM, Ubaya sudah tutup. Sementara keinginan anakku, kalau di PTS dia menginginkan jurusan Teknik Informatika yang terakreditasi A. La .. di antara PTS di Surabaya, hanya Ubaya yang terakreditasi A. Saat itu untuk uang mukanya kena Rp 6.000.000,oo dari 17.500.000,oo yang harus kami bayar dengan uang spp per semester Rp 10.000.000,oo (penentuannya dari nilai rapor. Nilai rapor paling jelek kena beaya Rp 27.000.000,oo). Memang kami berniat spekulasi. Nantinya kalau diterima di ITS, uang muka tersebut sudah kami ikhlaskan.

Saat pengumuman SBM tiba, aku sedang melaksanakan tugas Workshop selama tiga hari. Aku tidak ingat sama sekali kalau hari itu pengumuman SBM. Ketika aku sedang berbuka puasa (saat itu pas puasa Ramadhan) dengan teman-teman guru peserta Workshop, tiba-tiba HP berbunyi. Ternyata suara anakku laki-laki kedua. Meski berita bahagia, dia tetap menyampaikannya dengan hati-hati takut kalau aku sedang sibuk. Setelah dia menyampaikan bahwa diterima di ITS dengan jurusan pilihan pertama, yaitu Sistem Informasi, luapan rasa syukurku tak terkira. Alhamdulillah ... aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Makanan yang sedang kusantap, langsung aku letakkan. Tiba-tiba terasa kenyang. Aku langsung sholat maghrib dan sujut syukur. Lebih bersyukurnya lagi, ternyata dari hasil Verifikasi spp per bulan di ITS kena Rp 4.000.000,oo.

Dari peristiwa inilah, anak-anakku yakin benar akan pentingnya doa restu seorang Ibu. Jika dalam kehidupan kita ingin berkah dan diberikan jalan yang lapang dalan segala hal, raihlah doa restu Ibumu dan gurumu. Karena keduanyalah yang dengan ikhlas membimbingmu dan memberikan ilmu. Tak perlu mencari pesugihan di lain tempat atau kepada siapapun. Cukup datanglah kepada Ibumu dan mintalah doa restunya karena Ridlo Ibu adalah Ridlo Allah Swt.Salam ....

Bumi Suci - Gresik, 20 November 2014

@Siti Nur Hasanah

#Salam Kompasiana

#Sampai Jumpa di Kompasianival

#Salam Bahagia

#jabat Hati Penuh Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun