Mohon tunggu...
Nur Hikmatul Hidayati
Nur Hikmatul Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Love yourself

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berdamai dengan Inner Child Secara Islami

7 Juli 2021   12:09 Diperbarui: 7 Juli 2021   13:39 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernakah kalian merindukan masa dimana saat masih menjadi anak-anak? Kita selalu berkeinginan lagi untuk kembali menjadi anak-anak. Karena pada saat itu yang kita ingat hanya memori yang menyenangkan saja. Dalam benak anak-anak, hanya ada kata bermain dan tidak mengenal apa itu lelah. Tidak perlu memikirkan bagaimana masa depan kita nantinya atau bagaimana kita akan menjalani hidup ini dengan menjadi pribadi yang baik. Agar orang-orang disekitar kita merasa nyaman ketika berkomunikasi.

Semakin bertambah usia kita akan merindukan masa lalu dan mengingat-ngingatnya kembali. Ingatan ini berupa potongan memori-memori yang pernah terjadi pada kehidupan kita. Memori yang masuk akan melalui auditori melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, rabaan melalui kulit ataupun visualiasai melalui mata. 

Memori yang terekam akan termasuk perhatian (attention), namun jika tidak mendapatkannya memori tersebut akan rusak dan hilang (decay). Tetapi jika mendapat perhatian akan dilanjutkan oleh short-term memory. Memori yang sulit untuk diingat lagi secara menyeluruh di namakan memori jangka pendek (short-term memory). 

Meskipun memori jangka pendek hanya mampu menyimpan memori secara terbatas tenyata memiliki fungsi untuk melakukan stimulus ataupun respon. Beberapa ingatan yang masuk disampaikan melalui neuron lalu tersimpan di bagian otak sesuai dengan jenis memorinya.

Jika berhubungan dengan emosi maka tersimpan di amygdale, kemudian yang berhubungan dengan keterampilan tersimpan di serebellum. Selanjutnya akan tersimpan secara terbatas di hippocampus sebagai ingatan sementara. Lalu, akan diproses melalui cerebral corex sehingga menjadi ingatan memori jangka panjang (longterm memory).

Dengan mengingat-ingat memori kita saat menjadi anak-anak. Tanpa kita sadari bahwa itu sudah termasuk Inner Child. Menurut Firman & Russel (1984) mengatakan bahwa inner child disebut perjalanan hidup tersembunyi yang mempengaruhi kita hingga saat ini. Selain itu, menurut Weston (2009), bahwa dengan berkontribusi pada inner child sendiri mendapatkan kekuatan dan pengetahuan ke masa dewasa.

Banyak dari kita yang tidak menyadari adanya inner child pada dirinya sendiri. Padahal inner child sudah ada dari dulu semenjak kita masih anak-anak dan selalu hidup berdampingan hingga kita dewasa. 

Terkadang inner child terjadi secara disadari maupun tidak disadari oleh kita sendiri. Seperti kita saat dewasa memiliki kepribadian yang ramah kepada orang lain dan selalu membantu orang lain. 

Maka dulu sewaktu ia masih anak-anak selalu diajarkan untuk ramah kepada orang lain. Ada juga, saat dewasa selalu marah-marah tidak jelas dan susah untuk mengontrol emosinya, dimana dapat dibuktikan bahwa dulu ia mengalami pengalaman yang traumatis. Namun, pengalaman Inner Child dari tiap-tiap individu berbeda-beda. Pengalaman tersebut sangat berpengaruh hingga saat kita sudah tua nanti.

Pengalaman-pengalaman tersebut terbentuk karena adanya emosi pada anak. Perkembangan emosional sangat penting bagi anak-anak seperti mengelola emosi, memahami emosi, dan membedakan emosi. Hubungan interaksi anak dengan orang tua sangat berpengaruh untuk mengekspresikan kepribadian diri mereka. Sebagai contohnya, anak-anak akan menirukan orang tuanya ketika berkomunikasi dengan orang. Perkembangan emosi sosial anak akan tersimpan secara alam bawah sadar.

Fungsi kognisi dipengaruhi oleh emosi dan berkaitan dengan sistem neuron. Terdapat pengaruh emosi terhadap memori ada dua. Pertama, mood-cogruent adalah memori akan bekerja dengan baik ketika suasana hati memiliki kesamaan. Kedua mood-state dependent adalah memori bekerja dengan lebih baik di banding suasana hatinya ketika mengingat kembali (recall) dan menyimpan informasi.

Oleh karena itu, kita harus berdamai dengan inner child kita dengan cara menerima rasa trauma tersebut. Berdamai dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya mendekatkan diri kepada Allah. Dengan melakukan tasawuf yang berarti menenangkan hati dan membersihkan diri dari hal-hal yang buruk (Al-Kurdi, dalam Majhuddin, 2009). 

Menurut Ismail, Satibi, Wahid, Yunasril, & Noer (2008),  jika ingin menjalani tasawuf kita harus memiliki tiga aspek macam akhlak yaitu akhlak kepada Allah, dengan cara melaksanakan shalat secara niat dan bersungguh-sungguh. Selanjutnya, akhlak kepada manusia, menghargai tiap perbedaan orang-orang. Terakhir, akhlak kepada diri sendiri, dengan tidak mengikuti apa yang terjadi dunia melainkan meraih banyak-banyak pahala untuk bekal di akhirat. Dengan menjalani tasawuf maka kita akan merasakan ketenangan hati dan menjadi seorang sufi (orang paling mulia) di hadapan Allah.

Inner child bisa diatasi secara islami dengan cara mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Salah satunya adalah tasawuf sebab memiliki banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pertama, Tazkiyah al-Nafs ini dapat dikatakan sebagai penyucian atau pembersihan hati, akhlak, dan penjiwaan. Menurut Azra (dalam Isma'il, Satibi, Wahid, Yunasril, & Noer 2008), Tazkiyah al-nafs terbagi menjadi tiga yaitu:

  • Tazkiyat an-nafs, memperbaiki diri agar terhindar dari perbuatan yang buruk.
  • Taqarrub ilaAllah, mendekatkan diri kepada Allah.
  • Hudhur al-qalb ma'a Allah, merasakan bahwa Allah selalu berada didekat kita.

Kedua, Mujahadah dan Riyadhah. Mujahadah artinya menjalankan perintah-perintah baik dari Allah, melawan hawa nafsu, dan menghindari larangan-larangan. Dengan cara setiap selesai menunaikan ibadah shalat selalu berdizikir kepada Allah SWT. Namun bagi perempuan yang sedang berhalangan bisa berdzikir setiap saat. Sedangkan, riyadhah adalah melatih diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang baik dari sisi perkataan maupun perbuatan. Riyadhah memiliki tiga cara, yaitu:

  • Riyadhah awam, pada lingkungan sekitar kita kepada sesama manusia selalu berkomunikasi dengan pergaulan yang positif, tidak berbuat riya, dan melakukan sesuatu dengan ikhlas.
  • Riyadhah khowas, tidak perlu mempedulikan lingkungan sekitar dan perkataan orang lain tetapi hanya perlu untuk selalu berkontresentrasi kepada Allah dengan baik.
  • Riyadhah khowasul khowas, menjadi satu kesatuan dengan Allah dengan berbuat baik kepada orang sekitar maupun orang lain.

Oleh karena itu, kita harus berdamai dengan inner child kita untuk tidak selalu terbayang-bayang masa lalu. Dengan berdamai dengan masa lalu yang buruk maupun baik, tidak akan menganggu pikiran kita selama melakukan hal sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA

Firman, J., & Russel, A. (1994). Opening to the inner child: Recovering authentic personality. Psychosynthesis. Retrieved from http://www.synthesiscenter.org/articles/opening.pdf

Isma’il, I., Satibi, A. H., Wahid, A. M., Yunasril, A., & Noer, K. A. (2008). Ensiklopedi Tasawuf Jilid I. Bandung: Angkasa.

Julianto, V. & Bhinnety, M. E. (2015). The Effect of Reciting Holy Qur’an toward Short-term Memory Ability Analysed trought the Changing Brain Wave. Jurnal Psikologi, 38(1), 17-19. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/128278-ID-none.pdf.

Khusniyah, N. L. (2018). Peran Orang Tua sebagai Pembentuk Emosional Anak. Retrieved from https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/qawwam/article/download/782/842.

Majhudin. (2010). Akhlak Tasawuf Jilid I. Jakarta: Kalam Mulia.

Westom, M. C. (2012). Lär känna dig själv på djupet: Möt ditt inre barn. Swedia: Natur och Kultur Digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun