Iran dikenal sebagai salah satu negara dengan peraturan hijab yang ketat. Sejak Revolusi Islam pada tahun 1979, hijab atau jilbab menjadi bagian wajib dari busana perempuan di negara ini. Kebijakan ini telah menjadi topik kontroversial dan sering kali memicu perdebatan di dalam dan luar negeri.
Sejarah Singkat Hijab di Iran
Sebelum Revolusi Islam, Iran adalah negara yang lebih sekuler. Pada masa pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi, modernisasi dan westernisasi diberlakukan secara luas, termasuk dalam hal busana. Perempuan bebas memilih apakah mereka ingin mengenakan hijab atau tidak. Namun, setelah Revolusi Islam yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini, aturan mengenai pakaian berubah drastis. Pemerintah baru menetapkan bahwa semua perempuan, termasuk wisatawan asing, harus mengenakan hijab di depan umum.
Peraturan Hijab
Menurut undang-undang di Iran, perempuan wajib menutupi rambut, leher, dan tubuh mereka kecuali wajah dan tangan hingga pergelangan tangan. Hijab harus dikenakan di semua tempat umum, termasuk sekolah, universitas, kantor, dan di jalanan. Perempuan yang melanggar aturan ini dapat menghadapi sanksi berupa denda, penjara, atau hukuman cambuk.
Kontroversi dan Protes
Peraturan hijab di Iran telah lama menjadi sumber kontroversi. Banyak perempuan Iran yang merasa bahwa kewajiban mengenakan hijab adalah bentuk penindasan terhadap hak-hak mereka. Sejak tahun 2017, gerakan protes yang dikenal sebagai "Hari Rabu Putih" mulai muncul, di mana perempuan mengenakan jilbab putih atau mengibarkan kerudung putih sebagai simbol protes terhadap aturan hijab.
Selain itu, ada gerakan "My Stealthy Freedom" yang dimulai oleh jurnalis Masih Alinejad, yang mendorong perempuan Iran untuk memposting foto dan video mereka tanpa hijab di media sosial sebagai bentuk perlawanan.
Dukungan dan Penolakan
Meskipun ada banyak penolakan, masih ada sebagian masyarakat Iran yang mendukung peraturan hijab. Mereka berpendapat bahwa hijab adalah bagian penting dari identitas dan budaya Islam yang harus dipertahankan. Kelompok konservatif berpendapat bahwa hijab melindungi perempuan dari pelecehan dan mempertahankan kesopanan di ruang publik.
Perubahan dan Masa Depan
Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa upaya untuk melonggarkan peraturan hijab, terutama di kota-kota besar seperti Teheran. Beberapa pejabat pemerintah dan pemimpin agama telah mengisyaratkan perlunya pendekatan yang lebih moderat terhadap kebijakan hijab. Namun, hingga saat ini, perubahan signifikan belum terjadi.
Kesimpulannya, peraturan hijab di Iran adalah isu kompleks yang melibatkan sejarah, budaya, agama, dan hak asasi manusia. Meskipun ada upaya untuk mengubah kebijakan ini, hijab tetap menjadi simbol utama dari identitas dan aturan sosial di Iran. Bagaimana masa depan peraturan hijab di Iran akan tergantung pada dinamika politik dan sosial di negara tersebut, serta tekanan dari masyarakat internasional. Â