Mohon tunggu...
Nur Hikmah
Nur Hikmah Mohon Tunggu... Guru - an avid learner

Tangerang - Banten

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

19 April 2022   11:26 Diperbarui: 19 April 2022   11:30 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya untuk Pembelajaran Lebih Berkualitas

Sebuah komunitas memiliki setidaknya tujuh asset atau sumber daya. Hal ini juga berlaku bagi sebuah sekolah. Ketujuh sumber daya tersebut adalah:

  • Sumber daya manusia
  • Dalam lingkungan sekolah yang menjadi sumber daya manusia adalah seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah.
  • Sumber daya social
  • Sumber daya social adalah sebuah investasi yang berdampak pada bagaimana orang/kelompok/organisasi dalam komunitas berdampingan
  • Sumber daya fisik
  • Sumber daya fisik berkaitan erat dengan bangunan dan sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah
  • Sumber daya lingkungan/alam
  • Sumber daya lingkungan atau alam adalah sember daya yang berhubungan dengan bumi, udara, taman, danau dan sebagainya. Contoh: tanah untuk berkebun atau beternak dan lainnya.
  • Sumber daya finansial
  • Sumber daya ini adalah dukungan keuangan yang dimiliki untuk membiayai kegiatan atau proses pembangunan di sekolah. Termasuk didalamanya juga pengetahuan berwirausaha. Di sekolah sendiri sumber finansial berupa dana BOS, BOSDA atau iuran bulanan murid untuk sekolah swasta.
  • Sumber daya politik
  • Sumber daya politik berhubungan erat dengan keterlibatan social. Contoh di sekolah adalah hubungan dengan wali murid atau komite dan lainnya.
  • Sumber daya agama dan budaya
  • Sumber daya agama dan budaya erat kaitannya dengan upaya pemberian bantuan empati, perhatian, kasih saying dan unsur kebijakan praktis. Contoh bagi sekolah adalah kebudayaan unik di daerah menjadi ide atau sumber belajar.

Ketujuh sumber daya tersebut jika dapat dikelola dengan baik akan membawa sekolah menjadi lebih baik lagi. Untuk itu sekolah perlu memiliki seorang pemimpin yang dapat focus pada apa yang dimiliki sebagai sebuah kekuatan. Pemimpin yang mampu merubah mindset-nya melihat kekurangan sekolah menjadi hal yang bisa dimanfaatkan dan justru akan menjadi sebuah asset berharga.

Pemimpin yang dapat mengelola sumber daya tidak focus pada kekurangan yang dimiliki sekolahnya kemudian sibuk mencari bantuan. Saat menghadapi suatu permasalahan ia tidak fokus pada masalah itu sendiri. Akan tetapi ia akan melihat apa yang sudah dimiliki dan kemudian menjadikannya sebuah kekuatan. Contoh sekolah yang tidak memiliki masjid atau mushola dapat bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk dapat beribadah di masjid terdekat sekolah. Sekolah bukan hanya mendapat tempat untuk beribadah akan tetapi juga dapat mengajarkan siswanya untuk belajar berkomunikasi dengan arif, santun dan bijaksana dengan warga sekitar, mereka juga dapat diajarkan untuk dapat menjaga kebersihan fasilitas umum bahkan ikut membersihkan fasilitas umum tersebut. Tentu saja pembelajaran siswa menjadi lebih berkualiatas dengan ini.

Begitu juga dengan guru sebagai pemimpin pembelajaran, ia dapat melihat sumber daya yang ada kemudian menjadikannya sebuah kekuatan untuk dapat menjadikan pembelajaran siswa menjadi lebih berkualitas. Contoh: seorang guru melihat sebagian siswanya menyukai olah raga bola, sebagian lagi terobsesi dengan boy band asal Korea atau biasa disebut K-Pop, sebagian lagi gemar menggambar dan lain-lainnya. Ini adalah sebuah sumber daya yang dapat dimanfaatkan saat pembelajaran membuat teks deskripsi misalnya. Guru bisa membebaskan siswanya membuat teks deskripsi: siswa mungkin akan mendeskripsikan artis idola K-Pop-nya, pemain bola kesukaannya atau lainnya. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa karena dekat dengan kehidupannya.

Hubungan Materi Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan Materi Lainnya

                Materi pada Program guru Penggerak ini sebenarnya adalah bermuara pada cita-cita mulia menyiapkan siswa menjadi pembelajar berprofil pancasila. Hal ini seirama dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu:

"Menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat"

  • Modul 1.1 membahas filosopi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Dalam filosofi Ki hadjar Dewantara pendidikan adalah tuntunan. Guru menuntun potensi anak agar tumbuh dan berkembang. Potensi adalah kekuatan. Maka kelolalah potensi anak dengan baik melalui pembelajaran pengelolaan sumber daya. Hal ini seirama dengan tujuan pendidikan menurut KHD.
  • Modul 1.2  membahas tentang pembentukan nilai diri. Sebelum seorang guru menjadikan muridnya sebagai seorang pembelajar berprofil pancasia, nilai-nilai tersebut harus ada dalam diri seorang guru. Karena guru suka tidak suka dipandang sebagai teladan. Oleh karena itu sikap dan prilakunya harus mencerminkan kebajikan.
  • Modul 1.3 membahas tentang visi seorang guru penggerak untuk mencapai perubahan yang lebih baik dari kondisi saat ini. Sesuai dengan tujuan pendidikan KHD, maka visi ini sudah seharusnya secara langsung maupun tidak langsung untuk membuat siswa mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
  • Modul 1.4  membahas tentang budaya positif. Sekolah selain tempat untuk belajar adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Menjadikan sekolah tempat yang berbudaya positif adalah salah satu cara untuk menjadikan siswa memiliki profil pelajar pancasila dalam dirinya. Hal ini pada akhirnya adalah agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
  • Modul 2.1  membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi. Sejatinya setiap siswa memiliki perbedaan, untuk itu pembelajaran berdiferensiasi akan memaksimalkan pembelajaran bagi siswa yang berbeda-beda tersebut. Dengan pembelajaran berdiferensiasi kekuatan kodrat setiap anak akan tercapai dengan maksimal sehingga tujuan pendidikan menurut KHD dapat tercapai.
  • Modul 2.2  membahas tentang pembelajaran social dan emosional. Pembelajaran social emosional adalah pembelajaran budi pekerti yaitu mengolah cipta, rasa dan karya. Pembelajaran ini pada hakikatnya agar tercapai tujuan pendidikan menurut KHD, khususnya pada poin "keselamatan dan kebahagiaan."
  • Modul 2.3 membahas tentang coaching. Coaching adalah salah satu cara menuntun. Ini adalah tugas seorang pendidik sebagaimana tertera dalam tujuan pendidikan KHD "menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya."
  • Modul 3.1 membahas tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dihubungkan dengan tujuan pendidikan menurut KHD maka keputusan apapun yang diambil oleh seorang guru harus berpihak pada murid.

Perubahan Diri Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Modul 3.1

Sekolah saya adalah sekolah yang baru berdiri 5 tahun lamanya. Pembangunan di sekolah saya belum maksimal. Dari kurang lebih 8000 luas tanah yang kami miliki, baru 2000 yang sudah dibangun. Selama ini saya menganggap itu sebagai sebuah kekurangan. Tapi setelah pembelajaran modul ini mindset saya berubah. Ini bukanlah kekurangan tapi adalah sebuah keunikan. Terpikir dalam benak saya untuk mengajak murid saya untuk berdiskusi tentang pemanfaatan lahan kosong ini. Kami bisa membuat sawah meski sepetak yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran. Begitulah perubahan dalam diri saya yang saya alami, perubahan mindset. Melihat kekurangan menjadi sebuah keunikan juga kekuatan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun