Mohon tunggu...
Nur Hijrianti
Nur Hijrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup sekali hidup lah yang berarti

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membangun Argumentasi yang Kokoh dan Menghindari Kesalahan

5 Oktober 2024   02:50 Diperbarui: 5 Oktober 2024   02:55 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam memahami logika berpikir dan penalaran, berpikir kritis memiliki kontribusi yang besar. Menurut Paaul & Elder, berpikir kritis di konsepkan sebagai self-disciplined, self-minitored, dan self-corrective thinking. Dalam gagasan ini, berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk dapat mengendalikan, mengelola, memantau, dan mengingatkan proses berpikir kita sendiri. Hal ini mencakup kemampuan mengidentifikasi kelemahan berargumen, kemampuan berargumen, dan dapat meluaskan argumen yang kuat berlandaskan bukti dan logika. Self-assessment salah satu konsep yang dikembangkan oleh Paul dan Elder, yaitu kemampuan untuk menilai secara akurat kualitas pikiran kita sendiri. Dibutuhkan banyak pemikiran dalam bagaimana car akita dapat berpikir dan mau menerima kelemahan pemikiran kita. Konsep ini juga menetapkan standar berpikir kritis yang mencakup, kejelasan, akurasi, revelensi, kedalaman, kelengkapan, dan signifikansi. Mereka belajar bahwa berpikir kritis juga melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai macam kesalahan berpikir dan manuver yang disebut sebagai "fallacy". Hal ini dapat membantu dalam menghindari atau mencegah kesalahan atau ide yang tidak valid ( Dewi et al, 2023)

 Argumentasi merupakan karangan yang menunjukkan benar atau salahnya sebuah pernyataan. Argumentasi mencoba menghasilkan alas an untuk memperkuat atau menyangkal suatu ide,posisi, ataupun opini. Karangan argumentative hendaknya membuat bukti yakni bukti dan alas an yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat uang dikemukakan itu benar. Untuk membangun argumentasi yang kokoh juga harus memiliki dasar seperti halnya, argumentasi harus didasari dengan memiliki bukti dan kebenaran, dimana bukti tersebut harus bersifat afirmatif (setuju) dan kontradiktif (bantahan), selanjutnya memiliki alasan yang kuat, menggunakan bahasa yang denotative, menganalisis berdasarkan sesuai fakta, dan mengurangi bahkan membatasi unsur subjektif dan emosional dan mampu memahami logika, dikarenakan Ketika kita dapat memahami logika secara mendasar, maka dengan perlahan hal itu akan membuat pikiran kita terbuka sehingga kitab isa menerima pendapat dari orang lain ( Saputri & Azzahra, 2024 ).

 Dengan mengetahui jenis-jenis kesalahan kita dapat mengetahui permesalahan-permesalahan yang terhjadi dalam proses argumentasi. Kita dapat menghindari kesalahan penalaran dan menciptakan argument yang lebih kuat dengan menggunakan bukti yang kuat, menilai revelensi dan berpikir kritis mengenai persepektif alternatif, bukan hanya melawan argument yang lemah tetapi kita juga membangun argument yang lebih kuat dengan cara kita mengenali kekeliruan atau kesalahan dalam berlogika. Dalam argumentasi juga membutuhkan sigolisme yang berfungsi untuk metode pengembalian Keputusan atau juga menarik Kesimpulan yang benar dari sumber yang dapat dipercaya. Berkembangnya sigolisme menjadi gaya penalaran yang inferensial hasil yang lebih tepat dan akurat dengan menggunakan logisme deduktif (Meswah et al, 2024).

 Berpikir kritis dan refleksi memegang peranan penting dalam berpikir yang baik. Berpikir kritis adalah kemampuan mengelola, memantau dan mengevaluasi proses berpikir seseorang, serta kemampuan mengidentifikasi kelemahan dan kesalahan dalam berpikir. Argumen yang efektif harus didukung oleh bukti yang kuat, penalaran yang logis dan penggunaan bahasa yang tepat, serta kemampuan untuk mempersempit bidang studi. Mengetahui berbagai jenis kesalahan penalaran dapat membantu Anda membuat argumen yang lebih kuat dan akurat. Oleh karena itu, mengetahui berpikir kritis dan positif dapat meningkatkan kualitas diskusi dan pengambilan keputusan.

Referensi

Dewi, A., Silviany, I. Y., & Pratikno, H. (2023). Kemampuan Bernalar dan Pengembangan Alinea dalam Membuat Wacana Mahasiswa Universitas Islam Bandung: Reasoning Ability and Paragraph Development in Students' Discourse at Universitas Islam Bandung. Jurnal Bastrindo, 4(2), 136-152.

Mesah, W., Darma, F. E., & Lawalata, M. (2024). Memahami Logika Berpikir Sebagai Landasan Membangun Argumentasi Yang Kuat. Jurnal Teologi Injili dan Pendidikan Agama, 2(3), 173-185.

Saputri, E., & Azzahra, S. F. (2024). PENTINGNYA LOGIKA DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN KOMUNIKASI YANG BERKUALITAS. Jurnal Terapung: Ilmu-Ilmu Sosial, 6(2), 184-193.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun