JURNAL
ALAT PERAGA MATEMATIKA
Oleh : Nurhidayati, S.Si
(DIKLAT ON LINE (E-TRAINING) PPPPTK MATEMATIKA
ANGKATAN I TAHUN 2013 Peserta No. 92)
Salah satu model pembelajaran yang ditekankan pada kurikulum 2013 adalah model pembelajaran penemuan terbimbimg. Pembelajaran penemuan terbimbing melibatkan aktivitas guru dan peserta didik secara maksimal. Peserta didik aktif melakukan penemuan dan guru aktif memberi bimbingan secara bertahap dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik melakukan proses penemuan. Selama proses penemuan, peserta didik mendapatkan bimbingan guru baik petunjuk secara lisan maupun tertulis yang dituangkan dalam bentuk lembar kerja.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran penemuan terbimbing adalah perlunya disediakan alat/bahan yang diperlukan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan penemuan. Untuk alat pembelajaran matematika yang perlu disediakan salah satunya adalah alat peraga matematika beserta lembar kerjanya. Dan terkait dengan fungsi pedagogik, kedudukan alat peraga merupakan salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi antara guru dan peserta didik. Menurut (Fadjar Shadiq, Theresia Widyantini, 2005), Bruner membagi proses belajar siswa menjadi tiga tahap yaitu tahap enaktif (menggunakan benda kokrit), ikonik (siswa mempelajari suatu pengetahuan daam bentukt gambar atau dagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang berbentuk konkrit atau nyata), dan simbolik (siswa mewujudkan pengetahuannya dalam bentuk simbol-simbol abstrak).
Pada materi diklat Alat Peraga Matematika ini, disampaikan dua alat peraga yang dikemas dalam dua Kegiatan belajar (KB) yaitu : 1. Pemanfaatan alatteorema Phytagoras, 2. Pemanfaatan alat peraga Tangram dan variasinya.
Kegiatan Belajar I (Pemanfaatan Alat Peraga Teorema Phytagoras). Permendikbud No.68 Tahun 2013 memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar terkait teorema Phytagoras, yaitu : a. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata, b. Memahami Teorema Phytagoras melalui alat peraga dan penyelidikan berbagai pola bilangan. Oleh karena itu untuk memfasilitasi peserta didik diperlukan alat peraga untuk melakukan penyelidikan tentang Teorema Phytagoras. Adapun tujuan pembelajaran pada KB I ini adalah peserta diklat diharapkan mampu : a. Mengetahui dan memahami bukti-bukti teorema Phytagoras, b. Mengenal contoh-contoh alat peraga Teorema Phytagoras dan cara penggunaannya, c. Membuat alat peraga Teorema Phytagoras, d. Membuat LKS untuk pembelajaran matematika.
Kegiatan Belajar II (Pemanfaatan Alat Peraga Tangram dan Variasinya). Tujuanpembelajaran KB II adalah agar peserta diklat mengenal tangram dan variasinya, serta terinspirasi untuk menggunakan tangram dalam pembelajaran matematika. Untuk mengenal tangram, maka pada KB II ini dijelaskan bagaimana sejarah tangram yang dimulai dari Cina kemudian menyebar ke Eropa dan Amerika dilengkapi contoh sederhana pembuatan tangram Cina dari bahan kertas lipat. Selanjutnya, dijelaskan tentang variasi tangram yang dikelompokkan menjadi dua yaitu variasi potongan dan variasi bangun asal. Sedangkan untuk mengetahui lebih banyak lagi macam tangram, dijelaskan pula 10 macam variasi tangram dari Cina, yaitu : 1. Pancagram, 2. Tujuh keping ajaib, 3. Patah hati, 4. Tangram Inggris I, 5. Tangram Inggris II, 6. Tangram Jepang, 7. Irisan sam Loyd, 8. Tangram lingkaran, 9. Tangram segi lima, 10. Tangram bulat telur, 11. Adapun pemanfaatan dan variasinya dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah dalam konteks eksploarasi bangun-bangun geometri meliputi luas, sudut, simetri, kongruensi, refleksi, dan sebagainya. Tangram juga bisa disajikan dalam konteks Teorema Phytagoras jika siswa telah mempelajari teorema tersebut, bahkan termasuk untuk matematika rekreasi (Paul Yiu, 2003).
Kegiatan Belajar III (Pemanfaatan Alat Permainan Domino dalam Pembelajaran Matematika). Tujuanpembelajaran KB III adalah peserta diklat membuat dan memanfaatkan alat peraga berupa kartu permainan domino untuk menerampilkan konsep-konsep matematika yang sedang atau telah dibelajarkan di kelas. Dengan kata lain, kartu permainan logaritma atau domino sebenarnya dibuat untuk menggantikan latihan-latihan soal agar siswa tidak mudah bosan. Oleh karena itu, KB III ini diberikan sebagai alternatif untuk menerampilakn siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari menggunakan alat peraga (bukan dalam bentuk soal-soal latihan).
Kegiatan Belajar IV (Pemanfaatan Alat Peraga Batang Napier). Tujuanpembelajaran KB IV adalah peserta diklat dapat : a. menggunakan alat peraga Batang Napier dalam pembelajaran untuk menghitung perkalian, pembagian, dan penarikan akar, b. Memodifikasi alat peraga ataupun mengembangkan penggunaan alat peraga Batang Napier. Untuk lebih jelasnya, diberikan gambar mengenai bentuk alat peraga ini yang terdiri dari batang-batang yang ditulisi dengan angka, cara pengunaannya, latihan, bahan diskusi on line, link video, dan aktivitas off line.
Demikian ringkasan materi diklat Alat Peraga Matematika yang sangat inspiratif untuk memperluas wawasan peserta diklat dalam hal meningkatkan kreatifitas diri sebagai pendidik dan alternatif untuk membuat dan memanfaatkan alat peraga yang tentunya sangat membantu peserta didik terutama pada mata pelajaran matematika yang dibuat lebih menarik, menyenangkan, serta diharapkan lebih efektif dan efisien.
Daftar Pustaka
Fadjar Shadiq, Theresia Widyantini. (2005). Phytagoras. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Paul Yiu. (2003). Recreational Mathematic. Florida: Departmen of Mathematic. Florida Atlantic University.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H