Banyak yang ingin ku tanyakan namun kamu terlanjur menghilang
11 November 2020
Love at first sight tak berlaku padaku karena ternyata aku mengenalnya lewat aplikasi jejaring sosial. Kami sama-sama mencari sebuah hubungan yang nantinya akan berjalan baik ke depannya. Hubungan 'penjajakan' kami jalani dengan baik, bertukar pesan, bertanya kabar dan saling memberikan dukungan lewat voice note, voice call atau lainnya. Mengenal seseorang bukan hanya melalui tatap muka saja namun bisa juga secara virtual meski memang ada beberapa kendala dalam proses perkenalan.
Bandung dan Cianjur bukan jarak yang cukup dekat tapi bukan juga jarak yang jauh namun ternyata itu bisa menjadi sebuah alasan seseorang berpikir dalam sebuah hubungan. Terkadang aku sadar bahwa langkah yang ku ambil mungkin saja salah atau... mungkin juga benar. Hanya saja, semuanya berjalan begitu saja. Mulai dari sharing pekerjaan yang berbeda, berbagi kegiatan, bertanya passion, kesukaan dan muncullah sebuah rasa yang bernama perasaan.
Nyaman. Itulah yang terjadi selama perkenalan kami. Terutama aku yang selalu menantikan cerita darinya. Kadang ada perasaan malu dan senang saat dia mulai membahas hubungan ini menjadi nyata. Ada harapan yang perlahan muncul saat akhirnya dia mengatakan akan datang bertemu membuat silaturahmi ini bukan hanya lewat nada melainkan bisa secara jelas dan terasa di depan mata hingga akhirnya tiga bulan sudah kami saling mengenal dan semua berjalan baik. Menurutku setidaknya.
Desember 2020
Bulan Desember semuanya terasa menyenangkan saat tahun baru kami masih bertukar kabar dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dia yang selalu memberikan dukungan serta dia yang selalu mengatakan bahwa jika memang waktunya dia akan datang. Sejujurnya aku sempat merasakan yang namanya keraguan karena jujur saja sudah beberapa kali aku mengalami kegagalan dalam sebuah hubungan.
Tiga tahun pacaran dan dia menikah dengan perempuan yang baru ditemuinya kemudian enam bulan pendekatan namun berakhir karena dia lebih menyukai temannku yang sebetulnya sudah memiliki pasangan, setahun yang lalu aku berusaha kembali membuka hati dengan berkenalan dengan seseorang yang jarakanya lumayan jauh namun sayangnya kembali kandas karena dia memiliki fokus lain dalam hidupnya yaitu pekerjaan.
Kembali ke bulan Desember. Tak ada yang salah dengan sikapnya, semuanya masih baik-baik saja dan dia masih meyakinkanku bahwa dia akan datang, jujur saja aku mendukung dan mengiyakan keputusannya. Hingga saatnya tiba bulan januari tepatnya minggu lalu kami bertemu di sebuah Cafe yang ada di dekat rumahku lalu aku dan dia saling menyapa untuk pertama kalinya.
Januari 2021
"11 Januari bertemu menjalani kisah cinta ini ......"
Lirik lagu yang membuatku tersenyum. Jujur saja rasanya aku senang ia datang dari jauh hanya untuk menemuiku. Kami makan bersama, bercerita dan mengatakan banyak hal. Pekerjaan dan menikah.
"Kita nggak tahu sebenarnya jodoh itu, kadang yang dekat saja bisa kandas." ucapnya sembari memakan mie yang ada dihadapannya.
"Rasanya aku juga ingin berhenti bekerja dan membuka usaha karena aku rasanya jenuh dan lelah di bidang ini, aku nggak tahu. Aku sekarang bingung dengan pekerjaanku."Â
Membalas ucapannya sembari menatap wajahnya. "Memangnya kenapa? Capek seperti apa? Ada masalah. Lagipula kalau langsung keluar bukanya ada prosedurnya dan ingat kamu kan bekerja dibidang itu sudah hampir tiga tahun lamanya. Kalaupun iya, ada pemikiran mau bagaimana?"
"Aku mau buka usaha toko obat buat buat petani di kebun gitu. Dulu juga pernah buka usaha, hanya saja sekarang tengah berusaha untuk mengumpulkan modal."
"Oh iya, pertimbangkan dulu saja. Sayang kalau langsung keluar."
"Iya, takut kena penalti juga."
Lalu akhirnya mengalirlah cerita bahwa dia pernah gagal menikah. Sejenak aku paham mengapa dia terlihat jengah ketika membahas pernikahan. Memang kami baru mengenal namun aku tak tahu kalau memang dia pernah gagal. Jika aku hanya gagal ketika berpacaran aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya ditinggal pasangan bahagia menikah dengan orang lain di depan mataku bahkan diasaat aku berjuang mati-matian dalam hubungan. Karenanya aku sadar bahwa dia butuh waktu menyembuhkan luka. Aku tak memaksa dengan hubungan yang menurutku tak bisa. Jujur saja aku pun pernah gagal dan aku merasa bisa mengendalikan semua lukaku. Namun, entah kenapa untuk dia aku ingin tahu sebesar apa lukanya dan apakah bisa disembuhkan?
Sudah satu minggu kami tak bertukar kabar terakhir yang ku dengar dia tengah sibuk memikirkan pekerjaannya. Aku merasa tak ada kalimat menyinggung bahkan yang aku rasakan setelah pertemuanku dengannya. Hanya ada perasaan sedih karena entah kenapa aku merasa dia tak membahas hubungan kami lebih lanjut. Dia hanya sekedar melepas penat dan melihat 'apakah aku sesuai dengan ekspektasinya'
Pertanyaannya adalah, apakah yang harusnya ku lakukan saat ini?
Apakah menunggunya ?
Atau berhenti saja?
Dalam hati aku bertanyaÂ
'Dia hanya butuh waktu meninggalkanku?'
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI