"11 Januari bertemu menjalani kisah cinta ini ......"
Lirik lagu yang membuatku tersenyum. Jujur saja rasanya aku senang ia datang dari jauh hanya untuk menemuiku. Kami makan bersama, bercerita dan mengatakan banyak hal. Pekerjaan dan menikah.
"Kita nggak tahu sebenarnya jodoh itu, kadang yang dekat saja bisa kandas." ucapnya sembari memakan mie yang ada dihadapannya.
"Rasanya aku juga ingin berhenti bekerja dan membuka usaha karena aku rasanya jenuh dan lelah di bidang ini, aku nggak tahu. Aku sekarang bingung dengan pekerjaanku."Â
Membalas ucapannya sembari menatap wajahnya. "Memangnya kenapa? Capek seperti apa? Ada masalah. Lagipula kalau langsung keluar bukanya ada prosedurnya dan ingat kamu kan bekerja dibidang itu sudah hampir tiga tahun lamanya. Kalaupun iya, ada pemikiran mau bagaimana?"
"Aku mau buka usaha toko obat buat buat petani di kebun gitu. Dulu juga pernah buka usaha, hanya saja sekarang tengah berusaha untuk mengumpulkan modal."
"Oh iya, pertimbangkan dulu saja. Sayang kalau langsung keluar."
"Iya, takut kena penalti juga."
Lalu akhirnya mengalirlah cerita bahwa dia pernah gagal menikah. Sejenak aku paham mengapa dia terlihat jengah ketika membahas pernikahan. Memang kami baru mengenal namun aku tak tahu kalau memang dia pernah gagal. Jika aku hanya gagal ketika berpacaran aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya ditinggal pasangan bahagia menikah dengan orang lain di depan mataku bahkan diasaat aku berjuang mati-matian dalam hubungan. Karenanya aku sadar bahwa dia butuh waktu menyembuhkan luka. Aku tak memaksa dengan hubungan yang menurutku tak bisa. Jujur saja aku pun pernah gagal dan aku merasa bisa mengendalikan semua lukaku. Namun, entah kenapa untuk dia aku ingin tahu sebesar apa lukanya dan apakah bisa disembuhkan?
Sudah satu minggu kami tak bertukar kabar terakhir yang ku dengar dia tengah sibuk memikirkan pekerjaannya. Aku merasa tak ada kalimat menyinggung bahkan yang aku rasakan setelah pertemuanku dengannya. Hanya ada perasaan sedih karena entah kenapa aku merasa dia tak membahas hubungan kami lebih lanjut. Dia hanya sekedar melepas penat dan melihat 'apakah aku sesuai dengan ekspektasinya'
Pertanyaannya adalah, apakah yang harusnya ku lakukan saat ini?