Saya ingin menjelaskan pandangan saya terkait dengan selebritis yang mencalonkan diri menjadi pejabat publik. Saya tidak setuju jika selebritis menjadi pemimpin, karena terdapat perbedaan makna yang mendasar antara selebritis dan artis. Meskipun keduanya sering kali disamakan, sebenarnya mereka memiliki peran yang berbeda dalam masyarakat.
Artis dan Makna Seni yang Sesungguhnya
Artis berasal dari kata "art" dalam bahasa Inggris, yang berarti seni. Artis adalah mereka yang terlibat dalam dunia seni, baik itu melukis, memahat, menulis puisi, atau bentuk seni lainnya. Dalam konteks ini, seorang artis adalah individu yang berkarya dengan jiwa seni, yang tidak hanya terkenal, tetapi juga memiliki kontribusi nyata terhadap perkembangan seni dan budaya. Sayangnya, di Indonesia, makna artis sering kali disempitkan menjadi sekadar orang terkenal, padahal sejatinya artis adalah mereka yang berkecimpung dalam seni.
Karena itulah, saya setuju bahwa seorang artis yang memiliki jiwa seni yang mendalam layak menjadi pejabat publik. Seni bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang proses kerja, gagasan, kreativitas, kepekaan indra, hati, dan pikiran. Seorang artis yang benar-benar memiliki jiwa seni akan membawa nilai-nilai ini ke dalam kepemimpinannya, menciptakan kebijakan yang indah, selaras, dan bernilai bagi masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara, seni adalah hasil keindahan yang dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya. Bayangkan jika seorang pemimpin publik memiliki jiwa seni seperti ini; ia dapat menggerakkan hati dan perasaan manusia, membangun bangsa, dan menciptakan lingkungan yang lebih baik berdasarkan hati nurani.
Selebritis dan Keterkenalan yang Tidak Memadai
Di sisi lain, selebritis berasal dari kata "celebrate" dalam bahasa Inggris, yang berarti merayakan. Selebritis sering kali dikenal karena perayaan, seremonial, tingkah laku glamor, dan gaya hidup yang borjuis. Ini sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang artis sejati.
Ketika kita memilih pemimpin hanya berdasarkan keterkenalan tanpa mempertimbangkan apakah orang tersebut memiliki jiwa seni atau kontribusi nyata kepada masyarakat, kita mengambil risiko besar. Selebritis yang tidak memiliki karya yang bermanfaat atau jiwa seni yang mendalam tidak layak menjadi pemimpin publik. Mereka mungkin hanya terkenal, tetapi keterkenalan saja tidak cukup untuk memimpin masyarakat atau menciptakan kebijakan yang berdampak positif.
Peran Penting dalam Memilih Pemimpin
Dan tentunya, akan sangat berbahaya kalau kita memilih pemimpin hanya karena dia seorang selebritis, karena mereka sering kali hanya menonjolkan seremonial-seremonial yang tidak penting, cangkang-cangkang yang menawan tapi kosong. Mereka mungkin tampak rupawan, tetapi jika tidak memiliki karya yang bermanfaat bagi masyarakat, ini menjadi sangat berbahaya. Kita harus mulai memilih pemimpin berdasarkan kompetensi mereka, apakah mereka benar-benar mumpuni atau layak untuk memimpin.
Kita semua boleh saja pragmatis, tetapi masa depan kita ditentukan oleh pilihan-pilihan yang kita ambil. Dalam memilih tokoh-tokoh yang akan menjadi pemegang amanah kita, kita harus benar-benar tahu kualitas dan kemampuan mereka. Terkenal karena karya-karya yang mereka buat akan datang dengan sendirinya, dan itu adalah jenis ketenaran yang sejati dan layak dihormati.
Kesimpulan
Seorang artis yang memiliki jiwa seni sejati layak menjadi pejabat publik karena mereka memahami keindahan, harmoni, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk membangun masyarakat. Namun, selebritis yang hanya terkenal karena popularitas tanpa substansi tidak seharusnya diberi tanggung jawab besar sebagai pemimpin. Pemimpin sejati adalah mereka yang dapat menggerakkan hati dan jiwa rakyatnya, bukan hanya mengandalkan ketenaran semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H