Mohon tunggu...
Nurhidayat
Nurhidayat Mohon Tunggu... Freelancer - IG : Kanghamal

Rasanya menuliskan apa saja yang ada dipikiranku membuatku mengenal siapa diriku

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Artis Jadi Caleg: Unjuk Gaya atau Emang Beneran Paham?

17 November 2023   09:59 Diperbarui: 17 November 2023   10:04 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan tentang artis yang terlibat dalam dunia politik seakan-akan menggiring pemilu ke arah yang lebih menyerupai ajang popularitas daripada kontes ide dan gagasan. Praktik ini mungkin terlihat menguntungkan bagi partai politik yang mencari cara instan untuk meraih dukungan masyarakat, namun di sisi lain, dapat mempertanyakan kualitas demokrasi kita.

Beberapa tokoh terkenal dari dunia hiburan terlibat dalam politik, dengan harapan bahwa popularitas mereka akan menghasilkan suara yang signifikan. Namun, perlu dicatat bahwa sebagian dari mereka mungkin hanya diangkat sebagai figur publik tanpa dasar kaderisasi partai yang kuat atau pemahaman mendalam tentang masalah politik yang kompleks.

Sementara ada yang memandang bahwa fenomena ini bisa diterima jika tokoh terkenal tersebut sudah lama terlibat dalam politik, sebagian besar terkesan sebagai strategi "instan" untuk memanfaatkan ketenaran seseorang tanpa pertimbangan substansial.

Penting untuk diingat bahwa literasi politik dari sisi pemilih juga turut berperan penting. Pemilih harus memiliki kemampuan untuk menilai tidak hanya popularitas seseorang, tetapi juga rekam jejaknya dalam dunia politik, pemahaman atas isu-isu kritis, dan kemampuan untuk memimpin dan membuat keputusan yang memengaruhi banyak orang.

Artis yang terlibat dalam politik seharusnya bukan sekadar alat untuk menarik perhatian, tetapi benar-benar memiliki wawasan dan komitmen untuk memberikan kontribusi positif pada tata kelola negara. Pemilih perlu melakukan riset lebih lanjut, menggali informasi terkait calon-calon tersebut, dan memastikan bahwa pilihannya didasarkan pada pertimbangan yang lebih dalam daripada sekadar popularitas semata.

Secara keseluruhan, perlu ada kesadaran akan bahaya mengandalkan popularitas instan dalam politik. Pemilu seharusnya menjadi panggung bagi pemimpin yang memahami tugas dan tanggung jawab mereka, bukan sekadar untuk mencari popularitas. Masyarakat, terutama generasi milenial, perlu menggali informasi lebih dalam, memperkaya literasi politik mereka, dan berperan aktif dalam memilih pemimpin yang mampu mengemban tanggung jawabnya dengan baik. Hanya dengan cara ini, kita dapat mengharapkan peningkatan kualitas demokrasi dalam skala yang lebih besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun