Mohon tunggu...
Nurhidayat
Nurhidayat Mohon Tunggu... Freelancer - IG : Kanghamal

Rasanya menuliskan apa saja yang ada dipikiranku membuatku mengenal siapa diriku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sebelum Undang-Undang Disahkan, Ada Proses Panjang, Itu adalah Generasi

6 Oktober 2020   11:38 Diperbarui: 6 Oktober 2020   12:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ikut berpartisipasi dalam politik praktis, aku berpikir dengan berpolitik, aku bisa punya pengaruh untuk merubah tatanan di negara ini biar pro terhadap rakyat kalo aku berkuasa, eh, setelah ikut di dalamnya, ternyata ada yang lebih berkuasa menentukan kebijakan-kebijakan politik, yaitu para pengusaha. Para milyuner besar, yang entah dari mana uang itu datangnya, tapi jelas-jelas keberadaannya nampak di depan mata.

Pernah berpikir pula bahwa orang-orang yang bergerak di bidang kemandirian ekonomi atau praktisi pendidikan adalah orang-orang yang anti politik karena tidak mau ikut dalam bagian konflik-konflik politik, terkesan cari aman. ternyata saya keliru, mereka justru sedang membangkitkan kita dari hal yang paling esensial.

Banyak hal yang bisa dibeli dari manusia, ketika loyalitasnya terhadap negara dikalahkan dengan gengsi ekonomi yang tinggi. dan oleh karenanya mereka menciptakan kemandirian agar mereka sadar, dan berpikir, "bahwa uang tidak bisa membeli dirinya, saya bisa cari itu dengan kemampuan saya."

Sampai di sini, saya mengerti betapa berartinya tri dharma perguruan tinggi, di mana mahasiswa diwajibkan memberikan sumbangsih kepada masyarakat, karena pun mereka punya tanggung jawab besar di masyarakat, bukan memperkaya harta, memenuhi segala macam kerakusannya, tapi dengan keilmuannya, memberikan sumbangsihnya sekecil apapun itu.  Sebagai tanggung jawab sosialnya sebagai ilmuwan.

Orang-orang yang menduduki jabatan sebagai pengusaha ataupun penguasa saat ini, mungkin adalah generasi yang gagal, karena tidak mampu mengetahui tanggung jawab mereka secara sosial. Yang mereka tahu hanya soal duit atau tidak. Bahkan yang lebih parah lagi adalah soal perut yang tak pernah kenyang, dan lebih takut dianggap miskin daripada takut terhadap definisi dan makna kemiskinan itu sendiri.

Mudah-mudahan kedepannya kita bisa menciptakan generasi yang jujur, anak-anak yang sekarang adalah generasi kedepannya agar negara ini dipimpin oleh PENGUASA dan PENGUSAHA, yang punya loyalitas tinggi terhadap bangsanya, dan mau memberi sumbangsih terhadap rakyat kecil, bukan hanya untuk kepentingan Perutnya masing-masing.

Sebelum terlambat, jangan sampai kita menciptakan kembali generasi-generasi Idiot macam ini, maka lebih baik dari saat ini kita wujudkan gerakan yang jujur, jangan paksa anak untuk melakukan kebohongan terhadap dirinya sendiri sehingga ia terbiasa berbohong di Masyarakat. 

Lakukan apa yang bisa dilakukan untuk generasi selanjutnya, ciptakan kemandirian dari anak-anak kita, minimal dalam urusan pangan. agar dia punya harga diri, tidak melacurkan prinsipnya kepada orang-orang yang memiliki uang. 

Begitupun yang tercipta jadi pengusaha, tampar mereka dengan hal-hal yang tidak bisa di beli dengan uang, tampar mereka dengan harga diri kita. Soal benar dan salah. Soal baik dan buruk, tidak harus bicara soal dia siapa, dan seberapa banyak uangnya, tetap lawan sekuat tenaga kita, berikan contoh kepada anak-anak kita bahwa kita punya harga diri.

Menulis keresahan ini mudah-mudahan menjadi doa saya, minimal saya ingin memberikan solusi jangka panjang, dan memberikan pandangan bahwa kita tidak bolah berhenti berharap, masih ada tempat bertumbuh di bebatuan sempit sekalipun.

Bagi yang sudah membaca tulisan saya ini, mari kita lakukan bersama-sama, jangan berhenti disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun