Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Lainnya - E-Commerce Staff in Audio Solutions

Saya Nur, seorang ibu dengan 1 anak yang bekerja dan berkuliah. Saya sangat menyukai makanan sehat, saya suka dengan hal - hal yang aesthetic.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fenomena Buzzer di Tiktok dalam Kampanye Pilpres 2024

12 Februari 2024   12:46 Diperbarui: 12 Februari 2024   13:00 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital saat ini, media sosial telah menjadi alat utama bagi capres untuk berkampanye politik dalam pemilu 2024. Saat ini ada salah satu platform  media sosial yang semakin diminati oleh para paslon Capres-Cawapres dan Tim Sukses Partai adala media sosial Tiktok. 

Tiktok sendiri sudah memiliki jutaan pengguna aktif Indonesia, dan algoritma yang dimiliki oleh Tiktok adalah ketika ada musim tertentu Tiktok akan menaikan video tersebut meskipun akun tersebut fake atau memeliki pengikut yang sedikit. 

Maka tidak heran jika saat ini Tiktok menjadi wadah untuk berkampanye. Namun fenomena kampanye di Tiktok ini bermunculan banyaknya akun-akun fake yang muncul menyebarkan video yang belum tentu bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya untuk menghasut dan memprovokasi. Tak sampai disitu komentar saling hujat dan saling serang antara buzzer yang mendukung paslon tertentu.

Tiktok dengan fitur-fitur nya dapat memudahkan para paslon Capres-Cawapres dan timses mereka seperti fitur Live, paslon dapat menyampaikan pesan dan membangun kedekatan dengan audience. Namun dibalik itu banyak persaingan antar buzzer yang berusaha untuk mempengaruhi opini publik.

Tiktok memliki kelebihan yang harus kita akui yaitu menurunkan budget kampanye berbeda dengan kampanye menghadirkan masa atau menggunakan stadion untuk berkampanye.

Kekurangan yang ada pada Tiktok adalah resiko penyebaran informasi palsu (hoaks) dan penggiringan opini. Buzzer ini akan terus menyerang dan memberikan komentar negative di video paslon oposisi mereka. Banyaknya video-video muncul dari akun fake yang isi dari beritanya menyudutkan paslon oposisi dan membela paslon yang ia dukung. Tentunya hal ini dapat mengecoh pemilih.

 

Tantangan etika dalam berkampanye di media sosial Tiktok :

1. Penyebaran Informasi Palsu (Hoaks)

  • Dengan maraknya buzzer, kita dipaksa untuk mengecek terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut, mengecek sumber informasi apakah akun tersebut kredible atau tidak. Dengan literasi media digital masyarakat dapat lebih kritis dalam menilai video yang mereka lihat di Tiktok.

2. Penggiringan Opini

  • Buzzer seringkali menyerang palson Capres-Cawapres oposisi dengan keji. Dengan Literasi media digital dapat membantu marsyarakat memahami dari berbagai sudut pandang dan terjebak dalam opini yang menggiring.

Dalam menghadapi fenomena ini, masyarakat harus paham dengan peran media sosial untuk dapat memfilter informasi yang dikonsumsi. Semoga pemilu tahun 2024 dapat berjalan dengan aman dan mendapatkan Capres-Cawapres terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun