Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa lepas dari  interaksi dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak  bisa lepas dari komunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Manusia belajar melalui komunikasi . Semua hal dalam kehidupan termasuk di dalamnya dunia  pendidikan, komunikasi menjadi hal yang sangat penting.  Manusia belajar melalui komunikasi.  Dalam proses pembelajaran di sekolah, komunikasi digunakan untuk menyampaikan pesan  ilmu pengetahuan.  Â
Berhasil atau  tidaknya informasi yang disampaikan guru kepada para peserta didik sangat ditentukan oleh  komunikasi  yang efektif. Untuk menciptakan proses komunikasi yang efektif, pendidik harus memahami  bagaimana tanda-tanda komunikasi  yang efektif.  Menurut  Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Rakhmat, 2019: 16) tanda-tanda komunikasi  efektif menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan,  pengaruh pada sikap, hubungan  sosial yang makin baik, dan tindakan.
Pengertian merupakan penerimaan dengan penuh minat, perhatian, secara saksama dari stimulus atau rangsangan seperti  yang dimaksud oleh komunikator. Komunikasi di dalam kegiatan pembelajaran terjadi antara guru dan peserta didik. Guru sebagai komunikator memberikan stimulus, sedangkan peserta didik sebagai komunikan menerima stimulus.Â
Proses ini dikatakan efektif ketika komunikasi tersebut menimbulkan pengertian. Komunikan menerima pesan stimulus dari komunikator dengan penuh minat sehingga isi pesan dari komunikator dapat diterima dengan baik. Ketika isi pesan tidak dapat diterima secara cermat, maka dapat dikatakan terjadi kegagalan komunikasi primer atau primary breakdown in communication.
Untuk menghindari  primary breakdown in communication guru perlu memahami psikologi pesan dan psikologi komunikator. Pesan disampaikan melalui bahasa. Bahasa oleh guru digunakan sebagai teknik pengendalian perilaku peserta didik. Guru dapat menggerakkan para peserta didik dalam pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk mengatur  perilaku mereka atau sebaliknya.Â
Dengan aba-aba  "berdoa dimulai", para peserta didik yang semula  tidak tertib, masih ada yang mengobrol di dalam kelas dapat menggerakkan seluruh peserta didik untuk tenang dan  serempak memulai pembelajaran dengan berdoa. Dengan interupsi  "Ibu, mohon maaf bisa diulangi",  seorang peserta didik dapat  menghentikan guru yang sedang menjelaskan materi untuk mengulang kembali penjelasan yang masih belum dipahami oleh peserta didik. Kekuatan kata-kata atau the power of words menjadi sihir untuk mempengaruhi peserta didik atau pun guru di dalam kelas. Â
Pemberian kata-kata untuk maksud tertentu ini, disebut paralinguistik. Guru juga bisa menyampaikan pesan dengan cara lain, selain dengan bahasa, yaitu dengan isyarat atau pesan ekstralinguistik.  Misalkan, dengan meletakkan jari telunjuk di mulut, dapat mengendalikan dan mengatur perilaku peserta didik yang ribut di dalam kelas menjadi diam dan memperhatikan penjelasan guru. Guru dengan mengarahkan jari telunjuk ke arah siswa dan disertai kata "maju" dapat menggerakkan siswa yang awalnya ada di tempat duduk, untuk  berpindah maju ke depan.
Selain itu, untuk menghindari kegagalan komunikasi, guru perlu memahami  psikologi komunikator.  Ketika guru sebagai komunikator berkomunikasi, faktor yang berpengaruh tidak hanya apa yang guru katakan, tetapi juga keadaan guru itu sendiri. Menurut Aristoteles (dalam Rakhmat, 2019: 318) menyebut, karakter komunikator sebagai ethos. Ethos terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will).  Jadi guru harus memiliki sikap yang baik, memiliki energi positif, berbuat baik dan tidak menghakimi.  Selain itu, guru juga menampilkan dirinya dengan sikap dan kepribadian yang baik, wajah yang berseri-seri, dermawan, dan menahan diri dari menyakiti. Dalam menghindari kegagalan komunikasi guru juga dituntut memiliki maksud yang baik. Sebagi komunikator, guru memiliki niat, kehendak, baik perkataan ataupun perbuatan yang baik sehingga hasil akhirnya terjalin komunikasi yang baik.
Tanda-tanda komunikasi  efektif kedua adalah  kesenangan.  Komunikasi dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Dengan menyapa "apa kabar", "bagaimana kondisimu hari ini", "apakah kau baik-baik saja"  bukan berarti sedang semata-mata mencari keterangan kabar siswa, tetapi ini merupakan komunikasi untuk menjalin hubungan yang hangat, akrab, dan menyenangkan bagi peserta didik. Secara psikologi ini merupakan sistem komunikasi  intrarpersonal. Secara psikologis, setiap peserta didik akan memberikan tanggapan stimulus sesuai karakteristik personalnya.  Dalam komunikasi intrapersonal peserta didik akan  menerima informasi, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan informasi yang baru. Pada pengolahan informasi berupa  sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.
Sensasi berkaitan dengan alat pengindraan yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya.  Fungsi alat indra dalam menerima informasi dari guru ataupun sebaliknya sangat penting. Melalui indra peserta didik memperoleh pengetahuan dan mampu berinteraksi dengan lingkungan kelas. Dengan indra pendengaran, peserta didik dapat menangkap informasi pembelajaran  dari guru, atau guru dapat mengetahui kesulitan dalam pembelajaran. Dengan alat indra, peserta didik dapat membaca tulisan pada buku.  Apa yang disampaikan sama di dalam kelas belum tentu diterima sama pula oleh setiap peserta didik, karena setiap peserta didik memiliki faktor luar sebagai stimulus yang berbeda. Faktor situasional akan mempengaruhi sensasi. Kemampuan sensasi dipengaruhi faktor personal peserta didik. Secara umum pelajaran Matematika dianggap sulit, tetapi dengan perbedaan pengalaman, kebiasaan, dan kemampuan indra yang berbeda, ada peserta didik yang menganggap Matematika itu mudah dan menyenangkan. Sensasi yang berkaitan dengan pengindraan, akan mempengaruhi persepsi.
Persepsi merupakan pengalaman atas peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Misalkan dalam pembelajaran sastra, guru menampilkan kutipan puisi, hal ini tentunya akan menghasilkan apresiasi yang berbeda-beda untuk mengungkapkan isi pesan dalam puisi tersebut. Di dalam kelas ada beberapa label peserta didik, rajin, malas, pandai, bodoh. Pengelompokan label yang sama cenderung dipersepsi sama.
Pada pengolahan informasi membutuhkan memori. Â Pada saat stimulus ditangkap oleh alat indra, maka informasi akan direkam dan menghasilkan memori. Memori dapat digunakan peserta didik menyimpan informasi pembelajaran. Seiring waktu, memori bisa memudar, maka perlu dilatih terus-menerus untuk menguatkan memori. Â Apa yang dihafal di awal akan memudar ketika memulai menghafal hal berikutnya. Maka perlu penyimpanan informasi yang disingkat misalkan menggunakan sandi atau pengodean. Sebagai contoh untuk menghafal unsur kelengkapan dalam informasi teks bisa menggunakan singkatan "adiksimba", Â "natajukopen" untuk menyimpan memori penulisan daftar pustaka, untuk menghafalkan dasa darma pramuka bisa dengan singkatan "tacipaparerahedibesu", "mejikuhibiniu" bisa digunakan mempermudah menghafal susunan warna pelangi dan sebagainya.
Proses pengolahan informasi berikutnya adalah berpikir. Â Kita bisa menggunakan dua cara berpikir. Berpikir austistik dan berpikir realistik. Â Berpikir austistik, bisa berupa melamun, fantasi, menghayal. Cara berpikir ini, bisa digunakan untuk pembelajarasn sastra, misalkan menulis cerpen, puisi, maupun teks drama. Berpikir realistik bisa berupa sebuah penarikan simpulan dengan silogisme, generalisasi, maupun berpikir kritis untuk menilai benar tidaknya suatu gagasan informasi.
Tanda-tanda komunikasi  efektif ketiga adalah  pengaruh pada sikap. Guru dan peserta didik melakukan  komunikasi untuk saling mempengaruhi. Guru ingin membangkitkan semangat belajar dan memahami ilmu pengetahuan. Pada komunikasi ini terjadi pola persuasif, ada proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan peserta didik dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga peserta didik bertindak seolah-olah seperti kehendaknya sendiri.
Pada komunikasi ini bertujuan menumbuhkan hubungan sosial dalam kelas antara para peserta didik dan guru. Peserta didik sebagai bagian dari manusia menginginkan bergabung dan berhubungan dengan orang lain sesama warga pembelajaran dalam kelas. Mereka ingin mencintai dan dicintai.  Kebutuhan sosial tersebut dapat dipenuhi dengan  komunikasi interpersonal yang efektif. Apabila ada warga kelas sebagai bagian kelompok sosial gagal dalam menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia akan menjadi agresif, sakit mental, dan ingin melarikan diri keluar dari lingkungan kelas. Ia bisa juga akan kehilangan tanggung jawab sosial, sehingga hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Jika ada masalah sekecil apapun dalam hubungan antar komunikan akan terjadi kegagalan komunikasi interpersonal.
Komunikasi antara guru dan peserta didik tidak hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kualitas hubungan interpersonal. Seorang guru yang bertanya "siapa namamu", "apakah ada masalah",  kalimat tersebut bukan hanya menyampaikan isi, tetapi membangun hubungan interpersonal. Dari segi psikologi, semakin  baik hubungan interpersonal antara guru dan peserta didik, maka semakin terbuka peluang peserta didik untuk membuka dirinya. Peserta didik makin penuh perhatian persepsinya terhadap guru dan terhadap dirinya sendiri sehingga komunikasi yang berlangsung semakin efektif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan membahas hubungan interpersonal. Pertama, model pertukaran sosial. Orang berhubungan dengan orang lain atau peserta didik berhubungan dengan guru karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Peserta didik akan memperhatikan, patuh, tertib, dalam rangka untuk mendapat ganjaran berupa perhatian dan nilai yang bagus. Model kedua adalah peranan. Pada model ini setiap individu bermain peran sesuai anggapan yang dibuat oleh masyarakat. Guru adalah "digugu  lan ditiru", maksudnya adalah seorang guru harus bisa memenuhi dua kata tersebut. Kata "digugu"  artinya perkataannya harus bisa dijadikan panutan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban tersebut berupa alasan yang dapat diterima disertai bukti logis dalam menyampaikan sesuatu terhadap peserta didik. Olehkarena itu guru harus mempunyai wibawa dan wawasan keilmuan yang tinggi sehingga apa yang diucapkan guru dianggap benar oleh para peserta didik. Sosok guru juga harus "ditiru", semua tingkah laku verbal maupun non verbal serta budi pekerti harus bisa dijadikan contoh. Karena seorang  guru  bukan hanya mengajar tetapi menyiapkan generasi  untuk masa depan bbangsa.
Hubungan interpersonal juga menggunakan model permainan.  Di sini guru bisa memainkan beragam peranan, bisa sebagai orang tua yang dianggap orang tua oleh peserta didik, berperan sebagai orang dewasa yang rasional sehingga mampu menyelesaikan masalah, dan bisa juga berperan sebagai anak yang mampu menjiwai bagaimana kebutuhan peserta didik berkaitan dengan kesenangannya, sifatnya, dan kebutuhannya.  Berbagai permainan ini untuk transaksi interpersonal.
Tanda-tanda komunikasi  efektif  keempat  adalah hubungan sosial yang makin baik. Hubungan komunikasi guru dan peserta didik yang diharapkan adalah hubungan yang positif. Dalam hubungan ini ada keinginan bergabung dan berhubungan dengan peserta didik, ada upaya untuk mengendalikan dan dicintai. Supaya tetap  terjalin hubungan sosial, guru harus terampil  dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas  komunikasi  interpersonal, seperti persepsi interpersonal dan hubungan  interpersonal. Antara guru dan peserta didik harus bisa menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik. Hubungan tersebut bisa terjalin jika ada tiga hal yaitu, percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka.
Percaya, akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena adanya peluang yang terbuka untuk menyalurkan komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang peserta didik untuk mencapai tujuannya. Supaya peserta didik memiliki rasa percaya terhadap guru maka guru harus memiliki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman sesuai dengan bidangnya. Faktor keahlian erat kaitannya dengan reputasi dan realibilitas. Selain pengalaman, faktor lainnya adalah menerima, empati, dan kejujuran. Ketika peserta sudah menerima guru, maka seperti apapun kondisinya akan tetap terjadi komunikasi. Rasa percaya terhadap guru juga bisa muncul ketika ada empati.  Peserta didik atau sebaliknya bisa saling berempati, mereka akan saling membayangkan pada kejadia atau posisi masing-masing. Sikap percaya ini akan semakin dalam jika ada kejujuran. Kejujuran mendorong peserta didik percaya dengan guru. Ketika peserta didik memiliki rasa percaya, komunikasi akan efektif, begitu juga dengan adanya sikap suportif dan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian dan menghargai antara guru dan peserta didik.
Tanda-tanda komunikasi efektif kelima adalah tindakan. Komunikasi yang terjadi di dalam kelas memiliki kecenderungan bersifat persuasi. Komunikasi persuasi dimaksudkan untuk memengaruhi orang. Guru melakukan komunikasi persuasi untuk menghasilkan tindakan peserta didik sesuai kehendak guru. Untuk mempengaruhi peserta didik melakukan tindakan bukan merupakan hal yang mudah. Keberhasilan komunikasi seorang guru ditandai adanya tindakan nyata yang dilakukan peserta didik. Menimbulkan tindakan nyata merupakan indikator efektivitas keberhasilan komunikasi. Â Untuk mampu menimbulkan tindakan, guru harus terlebih dahulu menanamkan pengertian, mengubah sikap peserta didik sehingga ada hubungan komunikasi yang baik. Tindakan yang dilakukan oleh siswa merupakan sekumpulan dari hasil komunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H