Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Harus Bekerja Sekaligus Belajar Memahami

6 Juni 2024   10:33 Diperbarui: 6 Juni 2024   10:45 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Setelah dipahami dengan baik, mungkin tidak ada manusia yang benar-benar salah di muka bumi ini. Aku tidak berbicara perihal akidah dan aturan, jadi tolong bedakan kesalahan yang aku maksud, ya."

"Kenapa demikian, Non?" 

"Setelah memasuki dunia kerja, aku menjadi tahu bahwa beban kerja seberpengaruh itu terhadap mentalitas individu."

"Rasa capek membuatku menjadi lebih mudah marah, pusing, dan ingin menjauh dari manusia. Tekanan mengendalikan kondisi pikiranku ke arah negatif." 

"Lalu, apa hubungannya dengan kesalahan yang kamu maksud, Nona?" 

"Aku jadi ingin menangis jika mengingat perlakuanku terhadap orang tua ku. Betapa susahnya mereka mencari nafkah, tapi waktu itu akalku belum cukup matang untuk memahami betapa melelahkannya menghadapi manusia sepertiku." 

"Tiga per empat hidupku mungkin aku habiskan untuk menghakimi kedua orang tua ku. Aku banyak menuntut dan selalu menyayangkan sifatnya yang suka marah dan mengomel." 

"Padahal aku tahu segala perubahan orang tua ku terjadi karena kehadiran ku, anak-anaknya." 

"Bahwa mungkin mereka tidak pernah salah, mereka hanya menyelamatkan diri agar tetap waras dengan mengeluarkan emosi." 

"Sekarang aku sadar, betapa susahnya memahami manusia padahal sebelumnya kita tidak pernah belajar perihal cara-cara memahami dan bersikap dalam berbagai kondisi." 

"Kita hidup mengalir, kemudian belajar sendiri, dan jungkir balik merasakan banyak kesalahan." 

"Ya, seharusnya memang tidak ada yang harus disalahkan ketika kita saja masih belajar, itu hal wajar bukan."

"Tapi, proses belajar yang banyak kurangnya akan selalu dinilai salah, bukan? Belajar dituntutnya selalu tahu dan beradaptasi dengan cepat."

"Aku benci ketika menyadari bahwa aku tumbuh dengan pola pikir seperti ini. Dan itu artinya aku harus belajar ulang, Tuan?"

"Aku muak dengan pekerjaan ku, atau mungkin bukan, mendapatkan pekerjaan ini adalah satu kesyukuran. Aku hanya menyayangkan diriku yang tidak mampu memahami anak-anak itu. Aku tidak tahu cara mengendalikan mereka."

"Pada akhirnya aku menjilat ludah sendiri dengan mencontoh cara orang tuaku mendidik ku, cara yang selalu aku nilai salah tanpa tahu betapa susahnya mereka mempertahankan diri di belakangku."

"Aku menyerah atas ketidaktahuanku, Tuan."

"Aku memahami keresahanmu, Non." 

"Lantas, bagaimana, Tuan? Apa yang harus aku lakukan?"

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, Non. Kamu harus tetap bekerja dan belajar ulang di tempat itu, maka dengan itu kamu akan menemukan titik masalah dan juga solusi yang tepat untuk dirimu juga lingkunganmu. Kamu hanya butuh terbuka dan berani, Non."

"Jika memang begitu, aku akan kembali mencoba, Tuan."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun