Pemilik bentala lebih menginginkanmu
Lantas, aku bisa apa?
Aku meraung, tersedu
Mencekam dada hingga sakitnya menjadi nyata
Pemilik bentala ingin bertemu lebih cepat
Sedang nala masih tak kuat mencerna kepergianmu,
Langkah-langkah kami masih begitu payah, goyah, seringkali tersekat
Cinta itu seringkali menyalahi diri-Mu
Pemilik bentala lebih menginginkanmu
Engkau dibawa jauh dari pekiknya dunia
Sedang aku terengah-engah, tak bisa apa-apa atas kehilanganmu
Tapi aku tahu, pemilik bentala menyukai doa
Pemilik bentala mencintai doa-doa
Doa-doa yang resah
Doa-doa yang digenangi air mata
Doa-doa yang antusias dan riuh
Sekarang, bentala adalah engkau
Dan engkau menjadi pengingat diantara kelalaian-kelalaian kami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H