Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Overthinking Kill Your Potential

4 Januari 2024   21:59 Diperbarui: 4 Januari 2024   22:12 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perputaran waktu sama saja setiap harinya, mengelilingi angka-angka yang berada di dalam ruang kaca, berulang-ulang, menghabiskan daya baterai. Aku sama halnya dengan benda itu, tapi sayangnya perputaran waktu menambah masa hidup bumi tapi aku tidak menambah apapun dalam hidupku. 

"Tuan, apakah aku akan berhasil suatu hari nanti?" ujarku, memangku dagu dengan bosan. Seseorang di sebelahku sibuk dengan bukunya, dibaca sepanjang waktu. 

"Kamu meyakininya seperti apa?" 

Pertanyaan sederhana, aku memahaminya dengan baik, tapi kenapa sulit mengutarakannya, ya? 

"Your mindset, your future. Pola pikirmu, mindsetmu adalah masa depanmu. Kamu percaya pernyataan itu, Non?" tanyanya, suaranya begitu meyakinkan. Itu mengapa ketika aku merasa down, Tuan akan menjadi pelarian ku. Isi kepala orang-orang berilmu adalah jawaban untuk keresahan orang seperti ku. 

"Ya, aku percaya. Pikiran kita berpengaruh besar terhadap masa depan. Pikiran yang membentuk langkah kita, menyambung pilihan-pilihan kita. Aku tahu itu, tapi aku merasa tidak bisa lepas dari pikiran negatif, Tuan." 

"Menurutmu, apa yang menyebabkan datangnya pikiran negatif, Non?" 

Yang menarik dari dirinya, meskipun ia mampu menjawab semua pertanyaanku dengan mudah tapi ia tak pernah menggurui. Lisannya tak pernah membuat seseorang merasa bodoh, justru pertanyaan-pertanyaannya membuatku merasa percaya diri untuk memecahkan masalah. Ah, aku ingin satu orang sepertinya. 

"Dalam kasusku, mungkin karena aku banyak mengonsumsi informasi tidak penting, terlalu memikirkan perkataan orang lain, terlalu banyak berangan-angan, selalu khawatir dengan masa depan. Ya, rasanya aku terlalu suka memikirkan banyak hal." Aku menghela napas keras, mendengarkan penuturan ku rasanya simpel mengatasi masalahku, tapi sampai saat ini aku tak pernah benar-benar lepas dari hal-hal tersebut. Kenapa, ya?

"Tapi, walaupun aku tahu penyebab masalahku, kenapa tetap saja sulit mengatasinya, Tuan? Aku memang tidak bisa diandalkan bahkan untuk diriku sendiri, ya?"

"Kamu bisa diandalkan, Non. Aku mengatakan hal itu bukan hanya sekadar untuk menyemangati mu, tapi coba pikirkan lebih dalam ketika kamu merasa tidak bisa apa-apa, di sisi lain kamu berhasil menyelesaikan tugasmu sebagai manusia." 

"Kamu tetap hidup sampai saat ini dengan sisa-sisa kepercayaan mu. Dan semakin kamu menambah kepercayaan dirimu, kamu akan hidup semakin baik. Pertanyaannya bagaimana agar kamu bisa percaya diri, tidak terdistraksi pikiran negatif?"

"Salah satunya dengan belajar, Non. Lantas, ketika kamu mengatakan 'aku malas, aku tidak konsisten' apakah ada cara lain?" 

"Mungkin belajar adalah jalan satu-satunya, tapi belajar bukan hanya tentang buku. Coba saja belajar dari lingkungan di dunia nyata, coba berkunjung ke tempat-tempat yang dimana orang-orangnya tidak sebebas kita sekarang. Mungkin sedikit demi sedikit kamu akan tercerahkan." 

Runtutan penjelasannya mengalun tegas. Matanya menyorot lurus, memandang segala sesuatu yang bukan aku. Tapi tetap saja, semua perkataannya menguatkanku atau mungkin hanya dengan menemaninya membaca dan mendengar review buku darinya sudah membuatku belajar secara tidak langsung.

"Ya, ada banyak cara untuk lepas dari hal-hal demikian. Tapi aku merasa tak satupun cara yang bisa membuatku benar-benar ingin berubah. Aku merasa ada yang salah dengan diriku." 

"Overthinking kill your potential adalah salah satu pernyataan yang aku suka. Semakin kita berpikir berlebihan, semakin habis masa produktif kita, potensi semakin memudar karena memikirkan banyak hal yang belum terjadi."

"Non, aku tidak bisa memberikan cara yang benar-benar bisa mengubahmu dalam waktu singkat, tapi aku harap dengan kita berbincang bisa memberikan perspektif positif untuk kita berdua."

"Ya, aku pikir juga begitu. Dan tanpa sadar saat kita berdiskusi aku juga menemukan solusi masalahku..." ujarku, sedikit tertawa menyaksikan wajahnya yang tersenyum tipis disertai anggukan kecil. 

"Aku tahu itu, kamu selalu bisa, Non, hanya perlu diarahkan." Balasnya, senyumnya tidak selebar badut, tapi aku tahu ia bangga denganku. 

'Ya, berbincang denganmu salah satu solusinya, Tuan.' Batinku, disusul tawa dan tatapan heran dari orang disebelahku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun