'Bukankah kalian saling melengkapi? Cahaya Ose membuat Asmine melihat banyak hal, sedangkan temaramnya Asmine membuat Ose menyadari banyak hal. Ketidakhadiran salah satunya hanya akan melahirkan sombong, bukan?'
'Aku percaya, Ose, Asmine, segala hal di muka bumi diciptakan berpasangan. Sebagaimana manusia, kita bertumbuh disusupi berbagai sifat, aku yakin sebagian besar manusia hidup dengan dua sifat, baik dan buruk. Kita memiliki keduanya, tidak ada yang paling lebih atau tidak ada yang paling kurang, target kita hanya mencapai akhir yang ditentukan Allah.'
'Ah, terkait keren atau tidak keren, semuanya tergantung pilihan, bukan? Setiap pilihan ada konsekuensi, ketika kita memilih ingin sukses maka perjuangannya akan melelahkan tapi di mata orang lain semuanya terlihat wow, sebaliknya ketika memilih bermalas-malasan maka hidup seolah berjalan lancar tapi ditengah perjalanan kita merasa tertinggal, gitu aja.'
'Tinggal milih, mau susah duluan lalu senang atau sebaliknya?'
"Nuul, menurutmu gimana?" Tanya Ose dan Asmine, masing-masing menyenggol lenganku. Aku terhenyak, bergantian menatap mereka.Â
"Loh, kalian nggak denger? Aku ngomong kok tadi," ujarku bingung.Â
"Dasar kamu!! kebiasaan ngomong dalam hati, diskusi sama pikiran sendiri, mana ada kamu bersuara, diam aja dari tadi." Omel Asmine, Ose mengetuk kepala ku ringan membuatku tertawa kecil. Padahal rasanya aku sudah terlampau bijak tadi, ternyata cuma dipikiran saja.Â
"Maaf guys, nggak sadar heheh, intinya kalian 2 orang teman yang keren," ucapku mengakhiri, membuat mereka mendengus.Â
Ose adalah dunia luar yang begitu mengagumkan, sedang Asmine ialah pengamat mengandalkan layar hp, sosmed. Ose membuat iri dan Asmine yang begitu mudah overthinking.Â
Tapi bukan itu intinya, jika saja Asmine memilih melihat Ose sebagai pintu belajar, semuanya akan berjalan hebat. Sayangnya, terkadang perasaan begitu sulit ditenangkan, betapa resahnya melihat seorang Ose.Â