Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian Pun Butuh Uang!

23 Januari 2023   06:59 Diperbarui: 23 Januari 2023   07:03 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekas makanan berserak dimana-dimana, sudah pukul 22:00, mereka baru saja menyelesaikan makan malam yang terlambat. Sudah derita anak kost, entah makan terlambat atau tidak makan sekalian. 

"Kamu tahu, itu tanda-tanda penyakit maag, loh," ujar Nane memberitahu, Raib yang sedang merasa sakit perut di bagian atas  melotot kesal. 

"Makanya, Ra, jangan suka ikut-ikutan sama kami," timpal Lail, menyodorkan minyak telon. 

"Ya menurut kalian, aku tega gitu makan tapi kalian nggak makan?" balas Raib merenggut. Sakit perutnya lebih mendingan ketika berbaring.

"Makan aja kali, kalau kita lapar ya pasti langsung makan," jelas Nane.

"Ya terserah kalian lah," ujar Raib mengalah, memperbaiki posisi bersiap tidur. 

"Aku tidur duluan, ya," lanjutnya, menutup seluruh tubuh dengan selimut. 

Raib meringkuk, terngiang di kepalanya keinginan sewaktu SMA. Raib pikir merantau itu menyenangkan, ngekost bareng-bareng itu asik, jauh dari orang tua artinya bebas. Setidaknya beberapa hal memang sesuai ekspektasi walaupun lebih banyak hal yang membuat Raib harus mengelus dada. 

Berkendara jauh bukan sesuatu yang familiar bagi Raib, rasanya mau muntah ketika di dalam mobil. Teman-teman Raib pun kadang asik, tapi lebih banyak yang harus dimengerti. Jauh dari rumah bukannya bebas, Raib malah harus lebih tahu diri. 

Orang tua menitipkan banyak harapan, dibanding merasa bebas, disinilah seharusnya Raib banyak belajar, bagaimana memahami kehidupan. 

Raib bergegas bangun, Nane dan Lail masih terlelap disampingnya. Layar kunci hpnya menunjukkan pukul 05:40, Raib bergegas beberes, mandi dan membangunkan 2 temannya. Hari ini ada kuliah metodologi penelitian, Pak Bo cukup disiplin masalah waktu. 

"Nane, Il, bangun woi, kuliah..." 

Di rumah dulu, Raib tidak terbiasa makan teratur, tapi semenjak ngekost entah kenapa ia lebih sering sakit perut jika telat makan. Maka dari itu, pagi-pagi ia harus sarapan, berbeda dengan Nane dan Lail. 

Mata kuliah Pak Bo cukup menyenangkan, walaupun sudah tua Pak Bo terlihat bersemangat mengajar. Penjelasannya cukup mudah dipahami dan terstruktur. 

"Ra, sehabis ini mau kemana?" bisik Nane dari arah belakang. 

"Ya pulang dong, aku harus tidur siang," tutur Raib terkekeh, kembali mendengarkan penjelasan dosen. 

"Ra, aku sama Lail mau ke warung dulu nanti, mau ikut tidak?" bisik Nane lagi, Raib mengangguk membalas. 

"Apa yang membuat kalian sulit menulis latar belakang?" tanya Pak Bo, mahasiswa-mahasiswanya menyerbu mengucapkan keluhan. 

"Oke, kalau begitu, Minggu depan kalian silakan siapkan latar belakang buatan sendiri, nanti kita analisis apa-apa saja yang kurang," jelasnya, tidak lama kemudian Pak Bo mengakhiri kelas. 

Sehabis dari warung, tidak seperti yang lain, sibuk organisasi atau sibuk mempersiapkan lomba, mereka bertiga Raib, Nane, dan Lail bergegas pulang. Sehabis dari warung yang membuat Raib tidak habis pikir dengan kelakuan Nane, mereka bertiga kembali ke kostan. 

"Kebiasaan kamu Nane, habis gajian langsung boros lagi, dasar," ujar Raib melontarkan isi pikirannya sedari tadi. 

"Selagi bisa beli, kenapa nggak toh?" balas Nane lengkap dengan cengirannya. 

"Lagipula ya, Ra, terlalu hemat juga nggak baik, kamu tuh hemat malah sakit," lanjutnya lagi, mengomentari aksi hemat menghemat Raib. 

"Sorry, ya, aku sakit bukan karena hemat tapi karena telat makan,"

"Lagipula setiap bulan kan kamu dikirimim uang, kenapa harus hemat banget coba?"

"Bukan hemat banget ya, guys, tapi menggunakan sesuai keperluan, kita nggak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, ada baiknya nabung untuk jaga-jaga,"

"Kalau meninggal juga kamu nggak bawa uang kali, Ra,"

"Ya memang tidak, tapi kamu pikir biaya kematian nggak ada? Pemakamannya dan sebagainya tetap pakai duit, ya,"

"Oke, aku nyerah, debat sama kamu nggak bakal selesai kalau bukan kamu yang menang," 

"Hahah"

Hidup rantau memang tidak mudah, tapi selama niatnya baik, bukan kah kita akan selalu diarahkan melangkah ke jalan yang baik pula? 

*Buat mahasiswa diluar sana dengan berbagai tantangannya, tetap jaga niat ya, semangat menuntut ilmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun