Mohon tunggu...
Nurhidayah
Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

"Membacalah dan menulis, bentuk peradaban maju di dalam pola pikirmu." - Instagram: hayzdy Linkedin: www.linkedin.com/in/nurhidayah-h-23aab8225

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Bukan Setan Bisu!

17 Januari 2023   13:09 Diperbarui: 17 Januari 2023   13:39 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebagai seorang introvert, Nena terbiasa mengamati banyak hal disekitarnya, teman-temannya, lingkungannya, orang tua, saudara bahkan peperangan dalam diam yang banyak terjadi di media sosial sampai politik. Namun, sebagai seseorang yang dikenal banyak diam, Nena cenderung diam atas kritik-kritik yang ingin ia layangkan, suaranya masih terlalu kecil, redup, dan bergetar untuk menyuarakan kebenaran, setidaknya benar menurut Nena. 

"Aku tidak mengerti, kenapa diantara segelintir orang ini seolah-olah tidak paham basic attitude, okelah kalau dia dari keluarga yang kurang atau lingkungan yang tidak mendukung, tapi apakah itu alasan yang relevan untuk dipakai? Kita individu yang berpikir, bukan? Kita dibekali akal agar mampu membedakan baik dan buruk, itu hal yang ku pikir tertanam di setiap manusia. Lantas, kenapa masih setega itu, sih?" keluh Nena terhadap sikap teman-temannya, bermonolog seorang diri sembari menuliskan keresahannya di secarik kertas kosong. 

"Aku tidak tahu, apakah sabar masih bisa menjabarkan hal yang perlu dilakukan kepada mereka. Rasa-rasanya sabar pun tidak bisa jika berhadapan dengan mereka." Lanjutnya, mengingat-ingat cara apa yang perlu dilakukan untuk orang-orang seperti mereka.

"Sabar itu nggak ada batasnya, kalau berbatas ya namanya nahan diri aja, Na." Nasehat nuraninya, menghela nafas panjang dan kembali menulis.

Mungkin iya, selama ini Nane hanya berusaha menahan diri, meredam apapun yang berpotensi mengganggu stabilitas kehidupannya, dan nggak pernah benar-benar menyelesaikan sesuatu yang mengganggunya. 

Nane pikir mengalihkan perhatian adalah langkah yang cukup baik, nyatanya tidak juga, masih terlalu riskan. Nane bisa saja sewaktu-waktu berbalik, mengungkit-ungkit banyak kesalahan di masa lalu untuk mewajarkan kekesalannya di hari lain. Dan itu sama saja menyia-nyiakan usahanya tempo hari. 

Nane, tahu. Manusia disekitarnya punya banyak sisi yang nggak mudah dipahami dan nggak terukur, satu-satunya cara untuk bisa tetap waras dan terkontrol saat bersama mereka yah apalagi selain memaksimalkan pemakluman. 

"Ingat, Na, mereka manusia dan kamu pun manusia, sama adilnya, cukup hela nafas, semuanya pasti berlalu dan lama-lama akan terbiasa" mantra konyol yang selalu ia ulang tatkala tak kuasa meredam emosi negatifnya.

 "Mereka orang-orang yang cukup berharga di kehidupanmu, Na. Mengeluarkan sedikit effort untuk menstabilkan hubungan bukan masalah besar, bukan?" pikir Nane diplomatis. 

Nane sudah banyak kehilangan teman, entah karena ia yang tidak terlalu cakap, dinilai tidak asik atau temannya memutuskan Nane bukan orang yang tepat untuk berada di circlenya. 

Nane pikir kepasifannya salah satu boomerang bagi dirinya, ia terlalu banyak diam sehingga suaranya tidak terlalu didengarkan. Dalam dunia pertemanan, ketika harus berhadapan dengan banyak sifat teman-temannya yang berlawanan dengan agama, hukum atau bahkan tak bermoral, Nane sulit menegur, ia merasa tidak pantas dan tidak terlalu kuat bersuara untuk mengingatkan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun