Andee sangat menghargai kejujuran. Baginya kejujuran adalah syarat utama orang lain akan menghargai kita. Jika kejujuran sekarang sudah diabaikan maka apa pun yang dilakukan sesorang tidak akan mudah dipercaya oleh orang lain. Begitupun kepercayaan Andee kepada Ben mulai memudar. Setiap hari Andee berdoa agar dijauhkan dari orang-orang yang berbohong dan berkhianat kepada dirinya. Andee tau dengan berdoa Andee akan dilindungi oleh keyakinannya sendiri.
Andee mulai menjauhi Ben memblokir kontaknya dan menghapus semua foto kenangan bersama ben. Ben menyesali perbuatannya dan berusaha membujuk Andee agar mau memaafkannya kembali. Awalnya Andee benar-benar tidak sudi melihat muka ben mucul dihadapannya. Baginya Ben adalah laki-laki brengsek yang sudah menghancurkan seluruh hidupnya bahkan kepercayaan dan impiannya kini telah hancur berantakan. Andee tau Ben tidak pernah peduli pada keadaannya.Â
Ben tidak benar-benar tulus mencintainya. Ben hanya sedang mempermainkan perasannya demi keuntungan dirinya sendiri. Ben membutuhkan orang lain yang jauh lebih sempurna daripada Andee. Menjalin hubungan dengan Andee adalah bentuk pelarian karena Ben tidak mendapatkan apa yang dia ingin dari sosok perempuan yang dia kagumi selama ini. Perempuan yang dia kagumi di media sosial yang foto-fotonya dikumpulkan Ben di ponselnya bahkan dibuatkan album khusus di akun google drivenya.
Saat mengetahui semua itu hati Andee begitu hancur. Lebih hancur dari biasanya. Air matanya mengalir lebih deras dari biasanya. Sesak didadanya semakin sempit lebih sempit dari biasanya. Seolah sesak didadanya akan membunuh Andee secara perlahan. Namun Andee adalah wanita kuat, sabar,dan tidak mudah larut dalam kesedihan. Andee sudah berjanji pada dirinya sendiri sebelum kebusukan Ben terbongkar. Andee yakin jika Ben terus melakukan ini bukan Andee yang akan kehilangan Ben tapi sebaliknya Ben yang akan kehilangan perempuan tulus seperti Andee seumur hidupnya.
Andee masih terduduk menyender pada dinding jembatan. Tangannya perlahan mengusap sisa-sisa air mata dikedua pipinya. Lalu perlahan mengumpulkan keyakinan agar Andee kuat menerima semua kenyataan ini. Langakahnya pelan tapi pasti Andee pergi meninggalkan semua kenangan bersama Ben. Menguburnya dalam-dalam dan berjanji dia akan meninggalkan Ben selamanya. Sampai pada ujung jembatan yang di bawahnya mengalir air sungai yang dingin, Andee menatap ke bawah. Langkah kakinya berhenti dibibir jembatan. Andee berusaha menggenggam besi pembatas kuat-kuat. Bunuh diri? Tentu tidak. Andee bukan perempuan bodoh.
Setelah puas memandangi air sungai pada malam itu Andee melanjutkan langkahnya dan meyakinkan diri sendiri bahwa Andee akan terus hidup lebih baik tanpa Ben. Andee terus berjalan hingga langkah kakinya membawa pada sebuah kamar. Iya, kamar Andee. Dia mengambil sebuah buku lalu mencari halaman yang kosong. Tangannya meraih sebuah pena lalu mulai menulis: Ini bukan film yang endingnya bisa kita atur. Kenyataan memiliki ending yang berbeda-beda.
Selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H