Indonesia adalah salah satu negara agraris penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Selain itu, karet dan kopi juga komoditas produk ekspor andalan Indonesia.Â
Sebagai negara agraris, Indonesia pastinya resah karena perubahan iklim dan kenaikan populasi dunia yang mempengaruhi produksi pertanian. Mulai dari petani kecil hingga pelaku bisnis pertanian besar mengalami dampak ini.Â
Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi tahun 2050, permintaan sektor pertanian akan naik 70% mengingat adanya kenaikan populasi.Â
Untuk menghadapi situasi ini, negara - negara agraris harus mulai membenahi sistem pertanian agar lebih komprehensif. Negara maju seperti Jepang bahkan sudah mengaplikasikan sistem smart farming dan pertanian presisi.Â
Lalu, apakah smart farming dan pertanian presisi adalah wujud pertanian masa depan? Teknologi apa yang akan digunakan?
Smart farming dan pertanian presisi
Perkembangan teknologi dan digitalisasi membawa perubahan untuk semua sektor kehidupan, tak terkecuali pertanian. Smart farming dan pertanian berkelanjutan bukan dua hal yang berbeda. Keduanya saling berkesinambungan. Pertanian presisi tidak akan berjalan apabila tidak didukung oleh sistem smart farming.Â
Smart farming atau pertanian pintar adalah metode pertanian yang menggunakan perangkat digital (gadget dan laptop), internet, Artificial Intelligence (AI), robot, drone untuk mengumpulkan informasi lapangan seperti kelembapan tanah, kandungan mineral tanah, kondisi cuaca, dan sebagainya.
Sedangkan precision agriculture atau pertanian presisi adalah cara bagaimana mengefektifkan penggunaan bahan kimia agar tidak berlebihan dan mengurangi efek samping terhadap lingkungan.Â
Pertanian presisi dapat mengurangi biaya operasional dengan menerapkan konsep pemetaan digital dan analisis mendalam sebelum melakukan melakukan penanaman.Â
Dengan mengetahui topografi wilayah, petani dan pelaku bisnis dapat mengetahui kondisi tanah apakah cocok ditanami tanaman atau tidak. Mereka juga dapat melakukan pemetaan untuk aliran irigasi sehingga dapat mengurangi risiko kekeringan karena kurangnya ketersediaan air.Â
Teknologi dalam pertanian presisi
Ada beberapa kategori teknologi yang digunakan untuk mendukung pertanian presisi, diantaranya:
DroneÂ
Drone banyak digunakan untuk melakukan penyiraman pestisida masif di perkebunan luas. Drone juga dapat digunakan untuk melakukan inspeksi via udara dan pemetaan.Â
SensorÂ
Sensor biasanya diletakan di badan drone untuk mendeteksi titik hama, titik panas, kesehatan tanaman. Sensor juga berfungsi untuk membaca kandungan mineral tanah, kelembapan tanah, dan temperatur lahan sekitar.
Software
Kondisi lahan pertanian dan kualitas panen dapat dipantau dari jauh berkat pengembangan aplikasi untuk pertanian presisi. Aplikasi atau software juga adalah pusat data yang lengkap yang berguna untuk pengambilan keputusan bisnis kedepannya.Â
GPS dan satelitÂ
GPS dan satelit digunakan untuk menemukan posisi lapangan yang telah dipilih sebelumnya untuk mengumpulkan sampel tanah.
Dengan adanya smart farming dan pertanian presisi, petani dan pelaku bisnis pertanian dapat:
Menurunkan angka kegagalan panen yang disebakan kurangnya data akurat yang dijadikan sumber pengambilan keputusan.Â
Membantu pengawas lapangan dalam inspeksi karena keterbatasan manusia dalam mendeteksi details kondisi tanaman dan tanah.
Mengurangi penggunaan pestisida berlebihan yang dapat menyebabkan resistansi antibiotik hama.
Mendeteksi dini kegagalan panen dan memonitor perkebunan luas dari mana saja dan kapan saja.
Mengoptimalkan penggunaan lahan, bibit, air.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H