belut baik di sawah, selokan maupun sungai (apakah  di ada belut ?)Berbekal alat pancing belut (urek) kami berdua dengan suami berangkat ke sawah yang jauh dari rumah. Jam tujuh bermotor menuju rumah seorang teman kerja suami, setelah persiapan sejak kemarin sore sepulang sekolah. Alatnya adalah pancing yang dikaitkan ke seutas tali 'kenur' yaitu tali untuk layangan yang dililit. Pakannya adalah cacing tanah. Sesampai di lokasi dengan semangat empat lima segera menuju sawah tujuan yang di sangka terdapat banyak belut. Asumsi tersebut karena teman bilang bahwa di sawah belakang rumahnya banyak belut nya, dan diapun pernah membawakan sebanyak satu kilogram. Penasaran dengan cerita suami tentang sensasi ngurek belut, ketika menarik pancing yang dimakan.
        Ngurek adalah istilah memancingPerjuangan dimulai. Pengalaman pertama bertualang ngurek belut di sawah. Berbekal hasil brifing kemarin dari suami, bahwa mencari belut di pematang yang baru saja di tanami bibit padi. Jadi bersih dari rumput, mudah mengenali liangnya. Cara memasukan pancing yang telah diselipi pakan baik cacing atau keong sawah yang kecil, ciri-ciri pancing kita di makan oleh belut adalah ketika tali pancing bergerak dan ada semburan lumpur dari liangnya. Ditarik pelan-pelan agar tidak kaget dan bereaksi keras. Oke sip.
Kami bertiga dengan teman tersebut berpencar. Melihat setiap lubang dipinggir pematang. Karena belut bersembunyi di pinggir-pinggir pematang (galengan).
Aksi dimulai, tidak lama reaksi dari dalam lubang pun mulai nampak. Waktunya merasakan sensasi tarik ulur antara penghuni lubang dan pemilik pancing. Sedikit demi sedikit tarikan naik ke permukaan air, dan target pun ikut naik.
Sejam, dua jam berlalu. Tanpa terasa kami bertiga mulai saling menjauh. Mencari Lubang-lubang berikutnya. Target kedua. Posisi badanpun menyesuaikan keadaan. Jongkok, atau kaki dilipat ke belakang. Lubang nampak tidak terlalu dalam. Pancing yang sudah siap dengan umpannya dimasukkan. Tidak lama ada gerakan. Di tarik. Ternyata lepas. Betul juga. Penghuninya nyembul ke permukaan. Pancing diarahkan, berpindah ke lubang sebelahnya. Seperti anak kecil yang sedang main petak umpet. Kali ketiga ternyata umpannya di makan, pancing pun nyangkut di mulutnya. Wow... Berhasil... Sang pemula ini sudah dapat 2 ekor belut sawah. Sementara suami belum dapat satupun. Jam 10 matahari mulai terik. Setiap bangkit dari jongkok pyar pyar, kunang-kunang di mata. Gelap juga. Akhirnya nyerah dengan skor 2:0. Balik ke rumah.
Kota Banjar, Refreshing hari libu            Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H