Mohon tunggu...
Nurhayati Mochtar
Nurhayati Mochtar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Nurhayati, lahir di Ciamis tanggal 23 Agustus 1971. Hobby saya adalah membaca dan menulis. Hasil bacaan saya sebagai referensi saya untuk belajar menulis. Karya tulis saya berjudul TMT (Teman Menilai Teman) merupakan buku penunjang pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Merupakan hasil dari praktik baik selama saya menjadi guru. Keinginan saya yang belum tercapai adalah melaksanakan ibadah haji. Semoga dengan menulis di kompasiana ini menjadi salah satu jalan dari Allah SWT bagi saya untuk dapat melaksanakan ibadah haji atau umroh. Aamiin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ini Bukan Artikel: Hanya Sensasi "Ngurek" Belut Sawah

11 Desember 2022   19:09 Diperbarui: 11 Desember 2022   19:16 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                Ngurek adalah istilah memancing belut baik di sawah, selokan maupun sungai (apakah  di ada belut ?)Berbekal alat pancing belut (urek) kami berdua dengan suami berangkat ke sawah yang jauh dari rumah. Jam tujuh bermotor menuju rumah seorang teman kerja suami, setelah persiapan sejak kemarin sore sepulang sekolah. Alatnya adalah pancing yang dikaitkan ke seutas tali 'kenur' yaitu tali untuk layangan yang dililit. Pakannya adalah cacing tanah. Sesampai di lokasi dengan semangat empat lima segera menuju sawah tujuan yang di sangka terdapat banyak belut. Asumsi tersebut karena teman bilang bahwa di sawah belakang rumahnya banyak belut nya, dan diapun pernah membawakan sebanyak satu kilogram. Penasaran dengan cerita suami tentang sensasi ngurek belut, ketika menarik pancing yang dimakan.

Perjuangan dimulai. Pengalaman pertama bertualang ngurek belut di sawah. Berbekal hasil brifing kemarin dari suami, bahwa mencari belut di pematang yang baru saja di tanami bibit padi. Jadi bersih dari rumput, mudah mengenali liangnya. Cara memasukan pancing yang telah diselipi pakan baik cacing atau keong sawah yang kecil, ciri-ciri pancing kita di makan oleh belut adalah ketika tali pancing bergerak dan ada semburan lumpur dari liangnya. Ditarik pelan-pelan agar tidak kaget dan bereaksi keras. Oke sip.
Kami bertiga dengan teman tersebut berpencar. Melihat setiap lubang dipinggir pematang. Karena belut bersembunyi di pinggir-pinggir pematang (galengan).

Aksi dimulai, tidak lama reaksi dari dalam lubang pun mulai nampak. Waktunya merasakan sensasi tarik ulur antara penghuni lubang dan pemilik pancing. Sedikit demi sedikit tarikan naik ke permukaan air, dan target pun ikut naik.
Sejam, dua jam berlalu. Tanpa terasa kami bertiga mulai saling menjauh. Mencari Lubang-lubang berikutnya. Target kedua. Posisi badanpun menyesuaikan keadaan. Jongkok, atau kaki dilipat ke belakang. Lubang nampak tidak terlalu dalam. Pancing yang sudah siap dengan umpannya dimasukkan. Tidak lama ada gerakan. Di tarik. Ternyata lepas. Betul juga. Penghuninya nyembul ke permukaan. Pancing diarahkan, berpindah ke lubang sebelahnya. Seperti anak kecil yang sedang main petak umpet. Kali ketiga ternyata umpannya di makan, pancing pun nyangkut di mulutnya. Wow... Berhasil... Sang pemula ini sudah dapat 2 ekor belut sawah. Sementara suami belum dapat satupun. Jam 10 matahari mulai terik. Setiap bangkit dari jongkok pyar pyar, kunang-kunang di mata. Gelap juga. Akhirnya nyerah dengan skor 2:0. Balik ke rumah.
Kota Banjar, Refreshing hari libu                        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun