Mohon tunggu...
Nurhayati Mochtar
Nurhayati Mochtar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Nurhayati, lahir di Ciamis tanggal 23 Agustus 1971. Hobby saya adalah membaca dan menulis. Hasil bacaan saya sebagai referensi saya untuk belajar menulis. Karya tulis saya berjudul TMT (Teman Menilai Teman) merupakan buku penunjang pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Merupakan hasil dari praktik baik selama saya menjadi guru. Keinginan saya yang belum tercapai adalah melaksanakan ibadah haji. Semoga dengan menulis di kompasiana ini menjadi salah satu jalan dari Allah SWT bagi saya untuk dapat melaksanakan ibadah haji atau umroh. Aamiin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curhat Nak Bujang

21 Oktober 2022   22:49 Diperbarui: 21 Oktober 2022   23:23 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Curhatan Nak Bujang

Sekira matahari turun waktu asar, tetiba nak bujang nyamperin mamaknya yang sedang rebahan di kamar.

Sontak mamak tanya, ada apa. Minta uang? Jangan minta uang sama mamak.

Gak... Jawabnya. Atuh ngapain? Gak sari-sarinya nyamperin emak...

Mau curhat bu...

Curhat apa??... Jangan curhat minta uang, lho... Mamaknya masih ngancam.. Gak...katanya

Ibu dulu pacaran sama bapak berapa lama? Tanyanya.

Lima puluh hari kenal langsung nikah. Gada pacaran.

Anu bu... Lanjutnya memulai menyampaikan isi hatinya..

Aku ditinggalin cewekku. Sudah seminggu, tanpa kabar...

Lha kenapa? Apa alasannya? Mamak datar saja nimpalinnya.

Dia bilangnya bosan. Gada alasan lain? Tanya mamak.

Gada... Makanya aku jadi bertanya-tanya. Apa makna bosan itu? Kutanya kenapa? Dia gak jawab.

Ya... Sudahlah... Berarti dia cewek yang tidak pantas buatmu...

Tapi aku lagi sayang-sayangnya. Keingetan terus. Sudah seminggu gada kabarnya..

Byuh... Kasihan batin mamak. Ditinggal pergi lagi sayang-sayangnya. Betapa merananya kamu, nak...

Alah... Sudahlah.. Kamu cowok. Kamu laki-laki. Gampang.. Lupakan. Cari lagi cewek yang lain.

Tapi aku inginnya serius, meskipun belum ke jenjang pernikahan. Artinya sudah males mulai lagi pacaran. Patah hatiku bu...

Duh... Anak cowok kok cemen...

 Gada rumus patah hati untuk seorang cowok ganteng macam kamu... Tegas mamak.

Tapi....

Masih main tapi-tapian dia. Tapi dia beda bu... Aku nyaman ngobrol dengan dia. Nyambung. Nih orangnya. Seraya dia tunjukkan poto cewek itu.

Lha orang mana?

Dia tetangga desa, bu. Malahan adiknya juga sekolah di sekolah ibu. Ibunya kenal dengan pengasuh adik waktu dulu.

Naluri mamak berjalan.

Lha apa pekerjaan orangtuanya? Gak tahu, jawabnya.

Lha kalau kamu ke rumahnya pasti ketemu dengan orang tuanya kan?

Ya.. Cuma kalau ditanya bapa kamu di mana? Jawabnya cuma sedang kerja. Ibunya hanya ibu rumah tangga.

Oke.. Kembali ke topik patah hati...

Sekarang kamu evaluasi diri. Adakah yang salah dari dirimu? Mungkinkah dia bosan denganmu karena kamu belum punya kerjaan.

Dia cuma bilang "karena kamu terlalu baik", katanya.

Lha kalau baik, kenapa bosan?

Itu mah hanya alasan saja, jawab mamak.

Sekarang kamu bayangkan, dia punya pacar lagi tanpa sepengetahuanmu. Kalau begitu berarti dia bukan tipe cewek setia. Untuk apa kamu pertahankan. Cewek begitu tidak baik untuk mu...

Evaluasi berikutnya mungkin dia mau menjauhi kamu karena kamu belum punya penghasilan. Makanya sekarang kamu skala prioritas. Sekarang kamu mikirnya bagaimana bisa mempunyai pekerjaan dan memiliki penghasilan.

Eh... Masih tapi tuh nak bujang...

Ya sih.. Sekarang mah kepikir, gak mau deket dengan cewek. Mau cari kerja. 45 menit lagi mau wawancara. BUMN.

Betul.... Itu adalah salah satu harga diri seorang laki-laki. Sip. Ibu doakan semoga nembus. Bisa punya pekerjaan.

Jadi teringat pesan mbah dulu. Sakit hati sama cewek obatnya cewek. Sakit hati oleh laki-laki obatnya ya laki-laki. Begitu juga yang mamak ajarkan tadi..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun