"Ah, yang benar aja, Yah. Hari gini dijodohin? Kok mau- maunya dia dijodohin."  Dengan berbagai alasan aku berusaha mengulur-ulur waktu. Namun Mas Gani, demikian aku memanggilnya, melakukan  pendekatan dengan sabar dan gentle. Akhirnya dinding pertahananku runtuh, dan tak punya alasan lagi untuk menolak. Lima bulan kemudian, kami menikah. Setiap ada kesempatan, dia selalu mengingatkan kekonyolanku saat wisuda itu. Aku hanya tersipu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H