Seratus lima puluh tahun lalu, ketika Paris merupakan pusat dunia seni, sekelompok pelukis biasa berkumpul tiap malam di Cafe Guerbois, di kawasan Batignolles. Pemimpinnya Edouard Manet. Dia salah seorang yang paling tua dan mapan di kelompok itu, laki-laki tampan dan ramah berumur awal tiga puluhan yang berpakaian sesuai mode terbaru dan memukau semua yang berada di sekitarnya dengan energi dan rasa humornya. Sahabat baik Manet ialah Edgar Degas. Dia adalah satu dari sedikit orang yang dapat menandingi akal Manet; keduanya sama-sama penuh semangat dan berlidah tajam, dan kadang terlibat pertengkaran sengit. Paul Cezanne, jangkung dan kasar, datang dan duduk merengut di pojok, celana panjangnya ditahan tali. "Aku tak menawarkan bantuan," kata Cezanne ke Manet suatu kali, sebelum duduk sendirian. "Aku sudah delapan hari tidak mandi." Claude Monet, yang asyik dengan dirinya sendiri dan berkemauan keras, merupakan putra seorang pedagang sayur yang tak mendapat pendidikan sebagaimana yang lain. Sahabat terbaiknya adalah si "gelandangan santai" Pierre-Auguste Renoir, yang selama persahabatannya melukis delapan potret Monet. Kompas moral kelompok itu adalah Camille Pissarro: sangat politis, setia, dan berprinsip. Bahkan Cezanne-manusia yang paling rewel dan terasing-suka Pissarro. Bertahun-tahun kemudian, dia mengaku sebagai "Cezanne, murid Pissarro".
lukisan-lukisan mereka digantung di tiap museum seni besar dunia. Tapi pada 1860-an mereka semua masih berjuang. Monet tidak punya uang. Renoir pernah harus memberinya roti supaya dia tak kelaparan. Tapi Renoir juga tidak lebih baik keadaannya. Dia tak punya cukup uang untuk membeli prangko untuk surat-menyurat. Nyaris tak ada pedagang karya seni yang tertarik kepada lukisan-lukisan mereka. Ketika para kritikus seni menyebut-nyebut kelompok Impresionis-dan ada sepasukan kecil kritikus seni di Paris pada 1860-an- biasanya itu untuk menganggap remeh. Manet dan teman-temannya duduk di Cafe Guerbois yang dindingnya gelap, mejanya berbahan marmer, dan kursi logamnya ringkih untuk makan, minum, dan bertengkar mengenai politik, sastra, seni. dan khususnya karir mereka-karena semua Impresionis bergulat dengan satu pertanyaan penting: Apa yang harus mereka lakukan terkait Salon?Â
Bersama-sama, grup pelukis luar biasa tersebut menciptakan seni modern dengan gerakan yang dikenal sebagai Impresionisme, Mereka melukis sesama anggota grup, melukis bersebelahan, saling dukung secara emosional dan finansial, dan hari iniSeni memainkan peran sangat besar di kehidupan budaya Prancis pada abad kesembilan belas. Seni lukis diatur oleh departemen pemerintah bernama Kementerian Rumah Tangga Kerajaan dan Seni Murni, dan pelukis dianggap sebagai profesi seperti dokter atau pengacara sekarang. Seorang calon pelukis bakal memulai kariernya di Ecole Nationale Suprieure des Beaux-Arts di Paris, tempat dia bakal menerima pendidikan yang tertib dan formal, bergerak dari meniru gambar sampai melukis model langsung. Di tiap tingkat pendidikan ada kompetisi. Mereka yang gagal bakal disingkirkan. Mereka yang sukses bakal meraih penghargaan dan beasiswa bergengsi, dan puncak profest pelukis adalah Salon, pameran seni paling penting se-Eropa.
Setiap tahun, para pelukis Prancis mengirim dua atau tiga lukisan terbaik kepada dewan juri yang beranggotakan para pakar. Batas akhirnya tanggal satu April. Para seniman dari seluruh dunia mendorong gerobak penuh lukisan melalui jalan-jalan berbatu Paris, membawa karya mereka ke Palais de I'Industrie, ruang pamer yang dibangun untuk Pameran Dunia di Paris, terletak antara Champs-Elysees dan Sungai Seine. Selama beberapa minggu berikutnya, juri berembuk untuk menilai tiap lukisan. Yang dianggap tak layak bakal dicap huruf "R" merah, tanda ditolak. Yang diterima bakal digantung di dinding dinding Palais, dan selama enam minggu dari awal Mei, sampai satu juta orang bakal mendatangi pameran, berebut tempat di depan karya-karya terbesar dan terkenal sambil mencela karya-karya yang tak mereka sukai. Lukisan-lukisan terbaik mendapat medali. Para pemenang dielu-elukan dan melihat harga lukisan mereka melangit. Yang kalah terseok pulang dan kembali bekerja.
"Di Paris hanya ada kira-kira lima belas pencinta seni yang bisa menyukai lukisan yang tak diterima Salon," Renoir pernah bilang "Ada 80.000 yang tak mau membeli apa pun dari pelukis yang karyanya tak digantung di Salon." Salon membuat Renoir begitu khawatir, sampai-sampai satu tahun dia pernah pergi Palais pada waktu penjurian dan menunggu di luar, berharap bisa cepat mengetahui apakah karyanya bisa dipamerkan atau tidak. Tapi karena malu, dia memperkenalkan diri sebagai teman Renoir. Salah satu pengunjung tetap Guerbois, Frederic Bazille, pernah berkata, "Aku takut sekali ditolak." Ketika seniman Jules Holtzapffel tidak berhasil menembus Salon pada 1866, dia menembak kepalanya sendiri. "Para anggota juri telah menolakku. Oleh karena itu, aku tak memiliki bakat," demikian isi pesan terakhirnya sebelum bunuh diri "Aku harus mati." Bagi penulis di Prancis abad kesembilan belas, Salon adalah segalanya, dan alasan Salon sangat penting bagi grup Impresionis adalah karena juri Salon berkali-kali menolak mereka.
Salon bersikap tradisional. "Karya diharapkan sangat akuntan sampai sekecil-kecilnya, 'diselesaikan' dengan baik dan dibingkai dengan formal, dengan perspektif yang benar dan mengikuti semua kebiasaan artistik," tulis ahli sejarah seni Sue Roe. "Terang menandakan drama, gelap menandakan keseriusan. Dalam lukisan naratif, adegan bukan hanya harus 'akurat', melainkan juga harus menghadirkan nuansa yang bisa diterima secara moral. Satu siang di Salon ibarat satu malam di Opera Paris: hadirin berharap dihibur dan diangkat semangatnya. Biasanya mereka tahu apa yang mereka sukai, dan berharap melihat apa yang mereka ketahui." Jenis-jenis lukisan yang mendapat medali, kata Roe, adalah lukisan besar dan terperinci, menampilkan adegan dari sejarah Prancis atau mitologi, dengan kuda, tentara, dan perempuan cantik, berjudul seperti Kepergian Sang Prajurit, Gadis Muda Menangis Karena Surat, atau Kepolosan yang Ditinggalkan.Â
Para Impresionis punya gagasan yang sangat berbeda mengenai apa yang dianggap seni. Mereka melukis kehidupan sehari-hari. Sapuan kuas mereka kentara. Sosok-sosok dalam lukisan mereka tak jelas. Bagi juri Salon dan penonton di Palais, karya mereka terlihat amatir, bahkan mengejutkan. Tapi yang mengejutkan, pada 1865 Salon menerima satu lukisan Manet yang menampilkan seorang pelacur, berjudul Olympia, dan lukisan itu membuat Paris heboh. Lukisan itu sampai harus dikawal penjaga supaya orang tidak terlalu dekat. "Suasana histeria dan ngeri terjadi," tulis ahli sejarah Ross King. "Beberapa yang melihatnya sampai terkena 'epidemi tawa gila'. Sementara yang lain, umumnya perempuan, memalingkan kepala dari lukisan itu karena ketakutan." Pada 1868, Renoir, Bazille, dan Monet berhasil meloloskan lukisan ke Salon. Tapi pada pertengahan masa enam minggu Salon, karya mereka dicopot dari ruang pamer utama dan dibuang ke depotoir-"pembuangan sampah"-satu ruang kecil dan gelap di belakang, tempat lukisan-lukisan yang dianggap gagal disimpan. Itu sama buruknya dengan tak diterima.
Salon adalah pameran seni paling penting di dunia. Semua orang di Cafe Guerbois menyepakati itu. Tapi, penerimaan oleh Salon ada biayanya: mereka jadi harus menciptakan karya seni yang mereka sendiri tak anggap bermakna, dan karya mereka bisa hilang di tengah banyak karya seniman lain. Apakah itu layak? Malam demi malam, para Impresionis memperdebatkan apakah mereka harus terus mengetuk pintu Salon atau berjalan sendiri dan membuat pameran sendiri.Â
Apakah mereka mau menjadi Ikan Kecil di Kolam Besar Salon atau Ikan Besar di Kolam Kecil sendiri?
Akhirnya, para Impresionis membuat pilihan yang tepat, oleh karenanya lukisan-lukisan mereka sekarang digantung di semua museum seni besar di dunia.
Salon mirip dengan universitas anggota Ivy League. Di sanalah tempat reputasi dibangun. Dan yang membuatnya istimewa adalah sifat selektifnya. Ada kira-kira tiga ribu pelukis dengan "reputasi nasional" di Prancis pada 1860-an, dan masing-masing menyerahkan dua atau tiga karya terbaik ke Salon, sehingga artnya juri harus memilih dari segunung karya. Lebih banyak yang ditolak. Lulus itu sangat luar biasa. "Salon adalah medan pertempuran sesungguhnya," kata Manet. "Di sanalah orang mengukur diri" Dari semua Impresionis, dialah yang paling yakin akan nilai Salon, Kritikus seni Theodore Duret, satu lagi anggota lingkar Guerbois, setuju. "Kamu perlu satu langkah lagi," tulis Duret kepada Pissarro pada 1874. "Yaitu berhasil mendapatkan pengenalan publik dan diterima oleh semua pedagang dan pencinta seni... Saya mendorongmu untuk berpameran; kamu harus berhasil membuat keramaian, menampik dan menarik kritik, serta menghadapi masyarakat luas."Â
Tapi hal-hal yang membuat Salon sangat menarik-selektif dan bergengsi-juga membuatnya bermasalah. Palais adalah bangunan raksasa sepanjang 270 meter dengan gang tengah setinggi dua tingkat. Salon bisa menerima tiga atau empat lukisan, dan lukisan-lukisan itu digantung dalam empat tingkat, mulai dari dekat lantai sampai dekat langit-langit. Lukisan yang disukai semua juri dengan suara bulat digantung di ketinggian pandangan mata. Jika lukisan "dilangitkan"-digantung dekat langit-langit-nyaris mustahil melihatnya (Salah satu lukisan Renoir pernah dilangitkan di depotoir.) Tak ada pelukis yang boleh mengirim lebih dari tiga karya. Pengunjung yang datang kadang banyak sekali. Salon adalah Kolam Besar Tapi sukar menjadi apa pun di Salon selain Ikan Kecil.
Pissarro dan Monet membantah Manet. Mereka pikir lebih masuk akal menjadi Ikan Besar di Kolam Kecil. Jika berjalan sendiri dan mengadakan pameran sendiri, kata mereka, mereka tak bakal diikat aturan ketat Salon, yang menganggap Olympia keterlaluan dan memberi medali kepada lukisan prajurit dan gadis menangis. Dan mereka tak bakal lenyap di tengah kerumunan, karena tak bakal ada kerumunan. Pada 1873, Pissarro dan Monet mengusulkan kelompok Impresionis mendirikan perkumpulan bernama Societe Anonyme Cooperative des Artistes Peintres, Sculpteurs, Graveurs (Serikat Kerja Sama Anonim Seniman Lukis, Ukir, Pahat). Tak bakal ada kompetisi, juri, dan medali. Tiap seniman bakal diperlakukan setara. Semua orang ikut, kecuali Manet.
                                          Â
Grup Impresionis mendapat ruang di Boulevard des Capucines, di lantai atas bangunan vang baru saja ditinggalkan oleh seorang fotografer. Ruang itu berupa serangkaian kamar kecil dengan dinding merah-cokelat. Pameran para Impresionis dibuka pada 15 April 1874 dan berlangsung selama satu bulan. Tiket masuknya seharga satu franc. Ada 165 karya seni yang dipamerkan, termasuk tiga karya Cezanne, sepuluh karya Degas, sembilan karya Monet, lima karya Pissarro, enam karya Renoir, dan lima karya Alfred Sisley-sedikit sekali dibandingkan jumlah karya yang digantung di dinding Salon. Di pameran mereka, para Impresionis dapat menampilkan sebanyak mungkin lukisan semaunya, dan menggantung lukisan di tempat yang memudahkan orang melihat. "Kelompok Impresionis hilang di tengah hanyak sekali lukisan Salon, kalaupun berhasil diterima," tulis ahli sejarah seni Harrison White dan Cynthia White. "Dengan pameran kelompok independen, mereka dapat merebut perhatian masyarakat."
Tiga ribu lima ratus orang menghadiri pameran-175 pada hari pertama, dan itu cukup untuk mendatangkan perhatian kritis. Tidak semuannya positif, ada yang berkata para Impresionis mengisi pistol dengan cat lalu menembakkannya ke kanvas. Tapi itu bagian kedua dalam Ikan Besar-Kolam Kecil. Pilihan Ikan Besar Kolam Kecil boleh jadi dicela pihak luar, tapi Kolam Kecil merangkul mereka yang ada di dalam. Di Kolam Kecil ada dukungan dari komunitas dan pertemanan-dan menjadi tempat di mana inovasi dan individualitas tak dicela. "Kami mulai mendapat tempat," tulis Pissarro penuh harap kepada seorang teman. "Kami sudah berhasil menyusup dan memancangkan bendera kecil kami di tengah masyarakat." Tantangan mereka adalah "maju tanpa mengkhawatirkan opini". Dia benar. Dengan berjalan sendiri, para Impresionis menemukan identitas baru. Mereka merasakan kebebasan kreatif yang baru, dan tak lama kemudian dunia luar mulai memperhatikan. Dalam sejarah seni modern, tak pernah ada pameran yang lebih terkenal atau penting. Jika mencoba membeli lukisan yang pernah ada di pameran Impresionis pertama, Anda perlu mengeluarkan lebih dari semiliar dolar.
Hikmah dari cerita para Impresionis adalah ada tempat dan waktu ketika menjadi Ikan Besar di Kolam Kecil itu lebih baik daripada Ikan Kecil di Kolam Besar, ketika kelemahan karena menjadi pihak luar di lokasi sampingan ternyata bukan kelemahan. Pissarro, Monet, Renoir, dan Cezanne membandingkan gengsi dan kesempatan untuk tampil, selektif lawan kebebasan, dan memutuskan bahwa biaya Kolam Besar terlalu besar.
Sumber Cerita: Â Buku Terjemah David and Goliath oleh Malcolm Gladwell, Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H