Rasulullah berpidato kepada ribuan tawanan perang: “…hadza laisa yaumil malhamah, walakinna hadza yaumul marhamah, wa antumut thulaqa….”. Wahai manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka, kembalilah ke keluarga kalian masing-masing.
Pasukan Islam yang mendengar pidato itu merasa shock. Berjuang hidup mati, diperhinakan, dilecehkan sekian lama, ketika kemenangan sudah di genggaman tangan, musuh malah dibebaskan. Lha, piye toh?
Itu pun belum cukup. Rasulullah memerintahkan harta rampasan perang, berbagai harta benda dan ribuan onta, dibagikan kepada para tawanan. Sementara pasukan Islam tidak memperoleh apa-apa. Sehingga mengeluh dan proteslah sebagian pasukan muslimin kepada Rasulullah.
Pasukan Muslimin dikumpulkan, berbaris melingkar, lalu Rasulullah Muhammad SAW bertanya:
“Sudah berapa lama kalian bersahabat denganku?”
Mereka menjawab: sekian tahun, sekian tahun….
“Selama kalian bersahabat denganku, apakah menurut hati kalian, aku ini mencintai kalian atau tidak mencintai kalian?”
“Tentu saja sangat mencintai.” Pasukan Muslimin menjawab serempak.
Rasulullah mengakhiri pertanyaannya: “Kalian memilih mendapatkan onta dan berbagai harta benda ataukah memilih cintaku kepada kalian?”
Pasukan Muslimin saling tengok dengan teman-teman di sampingnya.
Terdengar seseorang menangis haru ditengah barisan kaum Muslimin, maka menangislah mereka semua karena cinta Rasulullah kepada mereka tidak bisa dibandingkan bahkan dengan bumi dan langit.