Mohon tunggu...
Nurhasan Wirayuda
Nurhasan Wirayuda Mohon Tunggu... -

Tiada yang diadakan, lalu tiada lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bancakan Indonesia

3 November 2016   11:03 Diperbarui: 3 November 2016   11:22 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam jagat pewayangan, siapa yang tidak mengenal sosok Bima. Tokoh yang tegas, kuat, bersifat selalu kasar dan sangat menakutkan bagi musuh. Walaupun sebenarnya ia ramah dan berhati lembut.

Pada suatu lakon, di suatu pedukuhan tak bernama, Bima terlibat pertarungan dengan beberapa siluman dari bangsa raksasa yang tidak kasatmata. Dari Beberapa siluman raksasa itu dapat dikelompokan menjadi  dua golongan, Kapitelismi dan kiminisme.

Siluman dari barat dan padang pasir dari blok kapitelismi. Siluman naga utara dan siluman beruang dari blok kiminismi. Dua golongan ini pun saling bertarung satu sama lain untuk  berusaha mengalahkan Bima yang perkasa.

Bagaimana Bima bisa mengalahkan siluman-siluman raksasa itu? Sedangkan ia tidak bisa melihat dan mengidentifikasi musuh yang begitu banyaknya dan sangat kuat.

Maka, terjadilah pertarungan yang tidak imbang. Badan Bima hancur lebur, sendi-sendinya lepas, tulang-tulangnya hampir patah semua. Kondisi Bima saat ini “nglemprek” seperti karung goni bodhol.

Walaupun begitu, masih saja Bima dihajar habis-habisan oleh dua kubu siluman itu.

Apa yang bisa ia harapkan? Guru Dorna?

Eh, ladalah.. Guru Dorna yang ia bayar untuk menjadi guru dan melatih dirinya ternyata berpihak kepada kubu naga utara.

Maka, tak ada jalan lain. Sebagian kecil penonton yang tetap eling dan waspada segera meminta Sang Dalang untuk menghentikan penyiksaan yang luar biasa itu dan memenangkan Bima.

Sebagian besar penonton yang tidak sadar terbagi menjadi dua golongan, saling gontok-gontokkan, tawur, mereka tidak sadar telah diperalat oleh siluman-siluman yang menghancurkan Bima.

Padahal,

Penonton itu adalah Bima sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun